Terumbu karang sebagai tempat hidup alga yang menjadi produsen utama rantai makanan di laut. Terumbu karang juga bersimbiosis dengan Zooxanthellae dengan menyediakan tempat tinggal dan bersimbiosis menghasilkan oksigen bagi seluruh penghuni laut.
Tanpa terumbu karang, kehidupan di laut perlahan musnah akibat minim oksigen dan kurangnya asupan makanan. Ekosistem laut yang terganggu perlahan akan berdampak pada kehidupan manusia, misal berkurangnya sumber pangan dan makin rentan terpengaruh perubahan iklim.
Pulau yang Kehilangan Terumbu Karang
Pentingnya terumbu karang tidak menjadikan entitas ini bisa hidup aman dan nyaman di dasar laut, yang masih terkena cahaya matahari. Kehidupan terumbu karang justru makin terancam akibat eksploitasi laut dan peningkatan suhu.
Beberapa pulau di Indonesia dan dunia perlahan mulai kehilangan terumbu karang seiring besarnya kepentingan manusia di laut. Berikut pulau yang banyak kehilangan spesies terumbu karang di lautnya
1. Gili Matra
Kehidupan terumbu karang di Gili Matra hampir hilang semuanya akibat kenaikan suhu air laut selama 17 tahun terakhir. Laut yang makin panas mengakibatkan terjadinya coral bleaching (pemutihan) hingga terumbu karang berisiko kelaparan dan alga tak punya tempat berlindung.
Arsip berita detikcom menjelaskan, pada tahun 2022 hanya tersisa 247 hektar area terumbu karang atau 10 persen dari luasan sebelumya. Luas area terumbu karang yang diambil dari data Kementerian Kelautan dan Perikanan ini kemungkinan makin sempit seiring suhu bumi yang makin meningkat.
Taman Wisata Perairan Gili Matra (TWP Gili Matra) berlokasi di sebelah barat laut Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). Gili Matra kependekan dari Gili Meno, Gili Air, dan Gili Trawangan terkenal dengan keindahan dan biodiversitas kehidupan bawah laut sehingga cocok bagi penghobi snorkeling atau diving.
2. Kepulauan Karibia
Negara yang tergabung dalam Kepulauan KAribia adalah Antigua dan Barbuda, Bahama, Barbados, Kuba, Dominika, Republik Dominika, Grenada, Haiti, Jamaika, Saint Kitts dan Nevis, Saint Lucia, Saint Vincent dan Grenadines, serta Trinidad dan Tobago. Data United Nations Environment Programme (UNEP) menjelaskan, Kepulauan Karibia kehilangan lebih dari 50 persen terumbu karang di wilayahnya.
Terumbu karang hidup sekarat atau tumbuh sangat lambat di area tersebut, sehingga tidak bisa menyediakan makanan dan perlindungan bagi kehidupan laut. Akibatnya keanekaragaman di kepulauan turun drastis.
Dikutip dari situs The UN Joint SDG Fund, Kepulauan Karibia punya 10% spesies terumbu karang di dunia. Terumbu karang menjadi support system utama lebih dari dari 1.400 spesies ikan dan mamalia laut. Terumbu karang juga mendukung kelangsungan industri perikanan, pariwisata, dan melindungi pesisir dari efek badai. Karena itu, program perlindungan terumbu karang wajib segera dilakukan demi kesehatan ekosistem laut dan kehidupan generasi mendatang.
3. Kepulauan Karimunjawa
Taman Nasionak Karimunjawa (TNKj) ikut merasakan kerusakan terumbu karang akibat ulah manusia. Arsip berita detikcom menjelaskan, banyak kapal besar yang kerap merapat di area pertumbuhan terumbu karang. Padahal pihak TNKj telah menyediakan kantong parkir kapal di pesisir laut yang tidak ditumbuhi terumbu karang.
Namun dalam kondisi darurat, misal cuaca buruk, kapal memilih merapatkan diri untuk mengamankan perjalanan. Akibatnya kapal minyak dan tongkang batu bara tersebut kandas merusak terumbu karang. Luasan ekosistem terumbu karang rusak TNKj mencapai 3.817 m2 di 7 lokasi.
Pemulihan terumbu karang di TNKj dilakukan balai bersama beberapa pihak terkait dengan metode media sniper. Metode menggunakan media berbentuk jaring yang diletakkan di dasar laut untik proses pembibitan. Terumbu karang perlu waktu 6-8 tahun untuk pulih sepenuhnya.
Terumbu Karang Hilang, Waspada ‘Kiamat’ Datang
Terumbu karang tidak hanya penting bagi kehidupan laut dan pesisir, tapi juga kelangsungan manusia. Laman Yayasan Inisiasi Alam Rehabilitasi Indonesia (YIARI) menjelaskan, terumbu karang mampu menyerap karbon dioksida (CO2) dari atmosfer yang berasal dari kegiatan manusia.
Dengan peran ini, terumbu karang bisa mengurangi kadar gas rumah kaca dan ikut mendukung stabilitas iklim di dunia. Terumbu karang bisa melakukan upaya mitigasi dampak perubahan iklim yang dirasakan dunia. Efek perubahan iklim tidak langsung dirasakan manusia dengan menyediakan waktu adaptasi dan inovasi baru.
Seiring dengan hilangnya terumbu karang, manusia berisiko makin mudah terpapar dampak perubahan iklim. Bukan tidak mungkin ‘kiamat’ datang lebih cepat dalam bentuk kekeringan, kebanjiran, kelaparan, dan hilangnya sumber penghidupan manusia. Karena itu, program restorasi dan perlindungan terumbu karang wajib jadi prioritas utama.