Hutan Amazon menjadi sorotan netizen asal Indonesia ramai memberikan rating bintang 1 di Google Maps. Berikut fakta-fakta tentang hutan Amazon.
Rating bintang 1 Google Maps itu dikaitkan dengan ‘serangan balasan’ warganet Indonesia terhadap penilaian serupa untuk Gunung Rinjani. Ya, Gunung Rinjani beri rating 1 oleh warganet Brasil usai warga negara Brasil Juliana Marins terperosok ke dalam jurang dan ditemukan setelah meninggal dunia.
Rating 1 itu diberikan untuk hutan Amazon disertai kalimat yang menjelekkan hutan tersebut.
“Banyak nyamuk gak ada nasi Padang daun nya kurang kerasa,” tulis La***.
“Tempat jelek banyak nyamuk, anaconda ganas nanti anda terbunuh hati hati jangan ke sini! Mahal tidak sepadan,” tulis Ti***.
Sebenarnya di mana hutan Amazon dan seperti apa hutan Amazon itu?
Berikut fakta-fakta hutan Amazon yang dirangkum dari berbagai sumber.
Fakta-fakta tentang Hutan Amazon Brasil
1. Hutan yang Sangat Luas
Dalam jurnal penelitian Pengelolaan Layanan Ekosistem di Amazon Brasil: Pengaruh Deforestasi dan Degradasi Hutan di Hutan Hujan Terbesar di Dunia pada 2025 oleh Walter Leal Filho dkk disebutkan hutan hujan Amazon mencakup area sekitar 6,7 juta km² di Amerika Selatan dengan hampir 60% berada di wilayah Brasil dan sisanya tersebar di delapan negara lain.
Kawasan hutan yang sangat luas itu merupakan ekosistem yang memiliki signifikansi global karena menyediakan berbagai jasa ekosistem penting bagi umat manusia, termasuk regulasi iklim, pelestarian keanekaragaman hayati, dan stabilitas hidrologis.
2. Penjaga Siklus Air Dunia
Salah satu peran penting hutan hujan Amazon adalah menjaga siklus air dunia. Sekitar 20% air tawar global berasal dari daerah aliran Sungai Amazon. Hutan ini juga berfungsi seperti “AC alami” raksasa. Lewat proses transpirasi, pepohonan melepaskan uap air ke atmosfer, yang kemudian membantu membentuk hujan, tak hanya di kawasan Amazon tapi juga memengaruhi pola hujan global.
Uap air yang dihasilkan dari proses ini tidak hanya menetap di Amazon. Uap air itu terbang terbawa angin menuju wilayah tengah dan tenggara Brasil-wilayah yang menjadi pusat penduduk, pertanian, dan pembangkit listrik tenaga air negara tersebut. Peneliti menyebut fenomena itu sebagai flying rivers karena volume uap air yang berpindah ini sebanding dengan aliran sungai Amazon itu sendiri.
Uap air dari hutan Amazon bahkan menyumbang hampir 40% curah hujan di wilayah tersebut (Nielsen et al. 2016, 2019; da Silva et al. 2019). Tak hanya penting untuk hujan, tapi juga untuk mengisi bendungan-bendungan besar yang menyuplai listrik bagi jutaan warga Brasil.
3. Gudang Karbon Raksasa
Hutan Amazon dianggap sebagai gudang karbon raksasa. Sekitar 15% dari seluruh aktivitas fotosintesis di dunia terjadi di wilayah ini, artinya Amazon menyerap banyak karbon dioksida (CO₂) dari atmosfer, membantu mengurangi dampak perubahan iklim global.
Pohon-pohon di sana menyimpan karbon dalam jumlah besar, diperkirakan sekitar 90 miliar ton hanya dari vegetasi di atas tanah. Jumlah serupa juga tersimpan di dalam tanah.
4. Penjaga Iklim
Hutan Amazon mempunyai peran super penting dalam menjaga keseimbangan iklim dunia. Peran itu dijalankan dengan penjaga siklus air dan gudang karbon dunia. Ya, melalui proses fotosintesis, hutan itu menyerap miliaran ton karbon dioksida (CO₂), gas rumah kaca utama penyebab pemanasan global. Bayangkan saja, Amazon seperti penyedot debu raksasa yang bantu membersihkan atmosfer dari CO₂ berlebih.
Selain itu, pohon-pohon di Amazon juga mengeluarkan uap air lewat proses yang disebut evapotranspirasi, yang kemudian membentuk awan dan hujan. Uap air ini bahkan bisa terbang jauh ke wilayah lain, seperti Brasil bagian tengah dan selatan. Itulah kenapa Amazon dijuluki punya sungai terbang di langit-karena bisa mengalirkan kelembapan dan hujan lintas wilayah.
Selain bantu menyerap karbon dan mengatur hujan, hutan ini juga menjaga suhu tetap stabil. Kalau hutan dibabat habis, daerah sekitarnya jadi lebih panas, kering, dan makin rawan kebakaran. Jadi, Amazon bukan cuma soal pepohonan atau oksigen-tapi penjaga iklim global yang diam-diam bekerja setiap hari agar bumi tetap nyaman untuk ditinggali.
5. Punya Keanekaragaman Hayati Tertinggi di Dunia
Hutan hujan Amazon dijuluki sebagai rumah bagi 10% spesies yang ada di Bumi. Meski hanya mencakup sekitar 6% permukaan daratan dunia, Amazon menyimpan lebih dari 3 juta spesies tumbuhan dan hewan, serta ribuan spesies yang belum teridentifikasi oleh sains.
Hutan ini menjadi rumah bagi lebih dari 40.000 spesies tumbuhan, banyak di antaranya memiliki nilai obat dan belum diteliti secara mendalam. Juga, habitat sekitar 400 spesies, termasuk jaguar, tapir, monyet howler, dan lumba-lumba air tawar.
Hutan Amazon juga memiliki lebih dari 1.300 spesies, seperti toucan, macaw, dan burung elang harpy, kemudian sekitar 2.000 spesies ikan air tawar, jumlah terbanyak di satu sistem sungai di dunia, ada di sini. Di sini juga hidup amfibi dan reptil. juga serangga.
Amazon juga menjadi rumah bagi ratusan komunitas masyarakat adat. Menurut Koordinator Organisasi Adat Lembah Amazon (COICA), sekitar 9% (2,7 juta) populasi Amazon masih terdiri dari penduduk asli. Ada sebanyak 350 kelompok etnis yang berbeda. Kemudian, lebih dari 60 di antaranya masih terisolasi.
6. Berusia 55 Juta Tahun
Mengutip BBC Science Focus, sebagian pakar berpendapat usia Hutan Amazon telah mencapai 55 juta tahun. Tempat ini terbentuk selama Eosen. Sebagian lagi berpendapat munculnya hutan ini terjadi 15 juta tahun yang lalu.
Keberadaannya muncul setelah lempeng tektonik Amerika Selatan dan Nazca saling bertabrakan membentuk Andes. Sehingga tabrakan tersebut turut menghasilkan danau air tawar besar.
Beberapa zaman es kemudian, air mulai mengalir dari Andes ke laut. Sungai Amazon pun lahir.
Sedimen dari pegunungan mengalir ke cekungan Amazon, menciptakan tanah yang dibutuhkan hutan hujan untuk tumbuh. Adapun penelitian lain menyebut lembah Amazon dulunya adalah padang rumput, tetapi perubahan iklim membuatnya menghasilkan lebih banyak pohon.
7. Kawasan Hutannya Makin Menyusut
Di samping sebagai hutan terluas, Hutan Amazon kini semakin mengalami penyusutan. Setidaknya 17% tutupan hutannya berkurang akibat aktivitas manusia.
Selain itu, hewan endemik di sana menjadi sasaran eksploitasi sumber daya. Tutupan pepohonan Amazon diketahui membantu mengatur suhu dan kelembaban serta pola iklim regional.
Hutan Amazon bisa mengandung 90-140 miliar metrik ton CO2 atau karbon dioksida. Sehingga jika tidak dikelola dengan baik, dapat mempengaruhi iklim global.
Alih fungsi lahan Hutan Amazon telah melepaskan 0,5 miliar metrik ton karbon per tahun. Termasuk juga dengan emisi kebakaran hutan, sehingga keberadaan Hutan Amazon kini turut menentukan pemanasan global.
Pada dasarnya, pohon hidup menyimpan CO2. Jika pohon ditebang, mereka akan melepaskan CO2 yang tersimpan tersebut.