Spirit Airline maskapai yang terkenal menyediakan tiket murah atau low carrier cost (LCC) bakal merumahkan 1.800 awak kabinnya. PHK pada sepertiga dari total 5.200 pramugari dan pramugara ini mulai berlaku pada 1 Desember 2025.
Dikutip dari Reuters, Spirit Airline mengajukan kebangkrutan kedua di tahun 2025 karena terus bergulat dengan uang kas yang makin sedikit. Kerugian juga semakin meningkat yang mengakibatkan maskapai harus memikirkan banyak cara untuk efisiensi.
Spirit Airline mengajukan kebangkrutan pada bulan Agustus 2025, setelah gagal melakukan reorganisasi untuk memperkuat posisi keuangannya. Maskapai lantas mengirikan memo pada karyawan berisi peringatan akan adanya PHK karena kondisi perusahaan.
Selain PHK, maskapai juga mengurangi kapasitas penerbangan tahunan sebesar 25% pada November 2025. Kondisi ini pada akhirnya memerlukan penyesuaian jumlah kru kabin yang bertugas. Semakin sedikit jumlah penumpang, maka makin terbatas kru kabin yang diperlukan.
“Kami perlu mengalihkan fokus pada penyesuaian ukuran maskapai, yang artinya akan ada ukuran baru berbasis volume pada kelompok awak kabin,” tulis Spirit Airlines dalam email yang dikirim pada seluruh pegawai perusahaan.
Menanggapi email tersebut, asosiasi awak kabin Spirit Airline menyatakan secara umum memahami kondisi perusahaan. Pengurangan kapasitas dan jam terbang berdampak pada penyesuaian cukup besar pada jumlah kru yang bertugas.
Alih-alih langsung merumahkan atau memutuskan PHK, maskapai terus menerapkan cuti sukarela pada karyawan. Saat ini ada sekitar 800 pegawai yang mengambil cuti sukarela, tanpa mengetahui nasibnya kelak. Perusahaan juga tidak terlihat melakukan langkah tegas.
Dalam kondisi ini, asosiasi awak kabin Spirit Airline mengatakan cuti sukarela akan terus ditawarkan pada pegawai. Cuti sukarela akan dimulai pada November 2025 selama 6 bulan hingga 1 tahun. Asosiasi pekerja melakukan sejumlah cara untuk antisipasi PHK massal.
Salah satunya dengan mengatur wawancara kerja para anggotanya di beberapa maskapai. Dengan cara ini diharapkan tersedia peluang lain untuk para awak kabin Spirit Airline. Kondisi serupa mungkin akan terjadi kembali di tengah kesulitan ekonomi Amerika dan terbatasnya kemampuan perusahaan.