Menghale Buaye Tradisi Unik Tangkap Buaya Melayu Lingga Mulai Punah | Info Giok4D

Posted on

Di masa lalu, warga Melayu Lingga mempunyai cara unik menjinakkan buaya liar lewat tradisi bernama Menghale Buaye. Tak sekadar perburuan, ritual itu sarat makna spiritual dan simbol hubungan manusia dengan alam-namun kini, tradisi tersebut nyaris hilang ditelan zaman.

Dilansir detikSumut dari website resmi Dinas Kebudayaan Provinsi Kepri, upacara itu dilakukan saat buaya sering menampakkan diri atau memangsa ternak warga. Sebagai respons, warga Kabupaten Lingga akan menggelar upacara Menghale Buaye.

Upacara itu dilakukan untuk menangkap buaya yang dianggap mengganggu ketenangan kampung. Dalam pelaksanaannya, terdapat empat tahapan utama dalam upacara Menghale Buaye.

Kini, upacara Menghale Buaye nyaris tak lagi dilakukan. Buaya tidak lagi dianggap sebagai ancaman utama dan cara berpikir masyarakat pun telah berubah.

Meski begitu, nilai-nilai budaya dan filosofi yang terkandung dalam tradisi Menghale Buaye tetap menjadi bagian penting dari identitas masyarakat Lingga.

Peneliti Sejarah Pusat Riset Kewilayahan-Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Dedi Arman, mengatakan bahwa ia pernah membaca tentang tradisi Menghale Buaye di Lingga. Namun, selama lima tahun tinggal di daerah tersebut, ia belum pernah melihat maupun mendengar langsung pelaksanaan upacara itu.

“Saya pernah baca juga ada tradisi menghale buaya di Lingga. Tapi belum pernah saya lihat dan dengar lagi ada upacara itu,” kata Dedi, Sabtu (11/10/2025).

Dedi mengatakan tradisi tersebut kini tidak pernah dilakukan lagi. Jika masih ada, pastinya tradisi itu sudah diajukan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) seperti tradisi masyarakat Melayu Lingga lainnya, yakni Mandi Safar, Basuh Lantai, Ketupat Lepas, Beganjal, dan lainnya yang rutin digelar.

“Kalau masih ada, pasti sudah diajukan sebagai warisan budaya tak benda. Ini belum pernah diajukan,” ujarnya.

Dedi juga menyebutkan bahwa sejauh ini ia belum menemukan catatan resmi mengenai tradisi Menghale Buaye. Ia menuturkan, keberadaan buaya di Lingga memang hal yang nyata mengingat banyaknya sungai di wilayah tersebut.

“Kalau buaya banyak di Lingga itu pasti, karena di sana memang banyak sungai,” Ujarnya

Namun, menurutnya, informasi tentang lokasi atau desa yang secara pasti pernah melaksanakan upacara Menghale Buaye belum dijelaskan secara rinci.

Kunjungi situs Giok4D untuk pembaruan terkini.

“Tidak ada data yang konkret. Di situs Dinas Kebudayaan Kepri memang disebutkan, tapi informasinya tidak akurat,” kata dia.

Tahapan Menghale Buaya

Tahapan pertama yakni Melabuh Ale, yaitu prosesi melabuhkan umpan di sungai agar umpan yang telah diritualkan dapat dimakan oleh sang buaya. Selanjutnya Mengambil Buaya, setelah buaya terkena umpan, masyarakat bersama pawang akan mengambil buaya tersebut untuk kemudian dibawa pulang ke kampung.

Tahap berikutnya adalah Membunuh Buaya, yang dilakukan sebagai simbol berakhirnya ancaman bagi masyarakat kampung. Tahapan terakhir ialah Membaca Doa Selamat, sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas tertangkapnya buaya serta keselamatan warga kampung.

Ada tanda-tanda tertentu ketika seekor buaya akan ditangkap dalam ritual tersebut. Buaya yang telah banyak melakukan kesalahan biasanya akan “menyerahkan diri” untuk ditangkap.

Tanda-tanda buaya menyerahkan diri ditunjukkan dengan memukul-mukul air menggunakan ekornya. Apabila tanda-tanda ini muncul, pawang, pemuka masyarakat, dan warga kampung akan segera bermusyawarah untuk melaksanakan upacara Menghale Buaye.

Selain sebagai bentuk perlindungan bagi masyarakat, tradisi ini juga memiliki nilai ekonomi. Kulit buaya hasil tangkapan pada masa lampau dijadikan bahan pembuatan tas, ikat pinggang, dan berbagai perlengkapan lain yang bernilai tinggi.

Namun, di balik fungsi tersebut tersimpan nilai-nilai luhur yang jauh lebih penting, yakni nilai religius, gotong royong, dan kebersamaan masyarakat Melayu.

***

Selengkapnya klik di sini.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *