Acara Jabar Etno Fest digelar dengan meriah di Sumedang. Ada pertunjukan drama musikal bertajuk ‘Kabayan Masagi’ yang dipentaskan 300 seniman yang berasal dari perwakilan sanggar seni se-Jawa Barat.
Berlangsung di Lapangan Pusat Pemerintahan Sumedang (PPS), beragam kesenian budaya dari Sunda ditampilkan dalam event yang digelar selama 3 hari tersebut.
Hari pertama dibuka dengan Jejak Budaya Pesta Rakyat, parade kesenian, permainan tradisional, dan bazar kuliner Nusantara yang menghadirkan cita rasa khas dari berbagai kabupaten dan kota.
Hari kedua menampilkan Gastronomi Kraton, Wastra Kraton, dan Seni Karawitan Keraton, disertai ritual Nyadran Makam Leluhur di kawasan Keraton Sumedang Larang sebagai bentuk penghormatan terhadap leluhur.
Pada Selasa (4/11/2025) malam, ada penampilan Orkestra Tarawangsa yang memukau penonton dengan harmoni instrumen tradisional yang berpadu dengan aransemen modern. Puncak acara pada hari ketiga digelar Drama Musikal ‘Kabayan Masagi’ Petualangan Jejak Si Kabayan.
Bupati Sumedang, Dony Ahmad Munir yang hadir langsung dalam event tersebut menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan salah satu wadah untuk melestarikan budaya dengan baik.
“Dari Kementerian Kebudayaan telah menetapkan Sumedang untuk kegiatan Jabar Etno Festival 2025 dengan tema menjalin tradisi pertama ‘Menjalin Tradisi Menginspirasi Generasi’ yang bagaimana kita bisa melestarikan budaya lama yang baik dan menggali budaya-budaya lain yang baik,” ujar Dony.
Dony mengatakan, dipilihnya Sumedang sebagai daerah pertama dalam event kebudayaan ini tak lain karena Sumedang memiliki kebudayaan maupun sejarah yang sangat kuat. Selain itu juga, lanjut Dony, berstatus sebagai Sumedang Puser Budaya Sunda menjadi keuntungan dalam hadirnya setiap event kebudayaan.
“Sumedang ini bekas kerajaan dan penerus dari Padjadjaran, dulu Padjadjaran khususnya Sumedang tandanya ada mahkota binokasih dan juga sebagai bagian dari kemajuan kebudayaan, menjaga tradisi supaya tetap lestari,” katanya.
“Sumedang juga telah menetapkan dirinya sebagai Puser Budaya Sunda dan sudah ada Perda Nomor 1 Tahun 2020 tentang Sumedang Puser Budaya Sunda, bagaimana budaya dan lestari bisa diimplementasikan dalam meningkatkan etos kerja warga Sumedang untuk mewujudkan harapan baru cita-citanya,” sambungnya.
Dalam kesempatan ini, Dony mengungkapkan rasa terimakasih kepada Kementerian Kebudayaan RI yang bisa memberikan wadah maupun panggung kepada para seniman dalam event tersebut.
“Terimakasih ini juga memberikan ruang bagi seniman-seniman kami untuk berkreasi, untuk tampil, untuk kreatifnya, sehingga akan terus menumbuhkan bakat dan kebudayaan di panggung seperti ini, dan insyaallah menginspirasi generasi,” ungkapnya.
Sementara itu Direktur Jenderal Perlindungan Kebudayaan dan Tradisi Kemenbud, Dr Restu Gunawan, mengatakan event ini merupakan salah satu bentuk nyata kolaborasi antara Pemerintah Daerah maupun Pemerintah Pusat dalam membangun ekosistem kemajuan kebudayaan.
“Ini menurut saya bisa menjadi tolak ukur bagaimana kita membangun kolaborasi dalam ekosistem kebudayaan. Mudah-mudahan nanti juga bisa ditempat-tempat lain kita bisa berkolaborasi khususnya membangun rasa kepemilikan untuk kekayaan kebudayaan kita,” katanya.
“Jadi pada akhirnya kebudayaan itu tidak sekadar dilindungi bisa juga menjadi pendorong dalam ekonomi budaya. Coba bayangkan ini nanti akan menampilkan seribu seniman, kemudian UMKM juga terlibat. Jadi ketika kita berbicara kebudayaan kita bicara masa lalu, masa kini, dan masa depan,” tuturnya.
Menurutnya, kebudayaan sendiri bukan hanya sekadar tontonan bagi masyarakat melainkan juga bisa berdampak pada ekonomi. Sehingga, kekayaan budaya khususnya dalam seni tradisi di setiap daerah bisa maju.
“Kebudayaan bukan hanya tontonan itu juga bisa membangkitkan ekonomi. Jadi sama-sama kita gali kekayaan kebudayaan kita khususnya seni tradisi yang ada di wilayah kita Jawa Barat ini untuk kita kembangkan dan kita majukan,” ujar.
Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah IX Jawa Barat, Retno Raswaty, menambahkan Jabar Etno Fest akan menjadi platform budaya rumah besar bagi seluruh warisan budaya Jawa Barat.
“Jabar Etno Fest adalah ruang bagi masyarakat untuk menanam kembali nilai budaya dan mendorong lahirnya karya baru yang relevan dengan zaman, dimana anak-anak muda akan tumbuh berkolaborasi mengembangkan berbagai unsur seni tradisi dan kearifan lokal. Sehingga mereka bisa saling berdialog dan saling menginspirasi,” ucapnya.
Retno menjelaskan, pengambilan nama Etno menegaskan prinsip keberagaman dan keberlanjutan.
“Ini bukan sekadar festival, tapi gerakan kultural yang menghubungkan tradisi dengan masa depan. Ini merupakan suatu hal yang harus dipastikan. Dimana semua elemen warisan elemen Budaya Jawa Barat mulai dari kesenian, batik dan lainnya mendapatkan ruang untuk bersinar, beradaptasi, relevan dengan konteks kehidupan kontemporer,” jelas dia.
——-
Artikel ini telah naik di detikJabar.






