Pemerintah Jamaika tengah berpacu dengan waktu untuk memulihkan wilayah barat pulau itu yang luluh lantak akibat terjangan Badai Melissa.
Upaya tersebut dilakukan menjelang musim puncak pariwisata yang hanya tinggal sebulan lagi. Badai yang menerjang pada 28 Oktober lalu menghancurkan proyeksi pertumbuhan pariwisata musim dingin sebesar 7%, padahal Jamaika semula menargetkan 4,3 juta kunjungan wisatawan pada periode tersebut.
Melansir The Independent, Kamis (6/11/2025) saat ini Pemerintah Jamaika dan pelaku industri pariwisata berfokus memperbaiki hotel serta membersihkan puing-puing di kawasan terdampak. Langkah cepat ini diharapkan bisa menjaga pendapatan dari sektor pariwisata, yang menjadi tulang punggung ekonomi Jamaika.
“Kami masih melakukan penilaian, tetapi sebagian besar kerusakan terjadi di wilayah barat laut dan barat daya,” ujar Ketua Asosiasi Hotel dan Pariwisata Jamaika (JHTA), Christopher Jarrett.
Jarrett menambahkan kawasan wisata populer Negril di paroki Westmoreland relatif aman dari kerusakan besar. Dan Bandara Internasional Jamaika kini telah kembali beroperasi dan menerima penerbangan komersial.
Hampir sepekan setelah badai dahsyat itu melanda, pihak berwenang masih berupaya menilai secara menyeluruh dampaknya terhadap sektor pariwisata. Menurut Jarrett, hingga kini asosiasi belum dapat menghubungi banyak anggotanya, terutama yang berada di paroki Hanover, karena listrik dan jaringan komunikasi belum sepenuhnya pulih.
“Setiap anggota yang terdampak sedang berusaha keras untuk bangkit dan beraktivitas kembali,” ujarnya.
Menteri Pariwisata Jamaika, Edmund Bartlett, sebelumnya menargetkan sektor pariwisata Jamaika dapat kembali normal pada 15 Desember, bertepatan dengan dimulainya musim puncak wisata. Namun Jarrett menilai target itu tidak bisa dicapai oleh semua pelaku usaha.
“Hal ini bisa dilakukan oleh sebagian orang, tetapi tidak bagi yang lain,” ucapnya.
Jarrett yang juga mengelola Altamont Court Hotel di Kingston dan Montego Bay, mengatakan hanya satu propertinya di Montego Bay yang mengalami kerusakan atap dan kini sedang diperbaiki.
Meski sektor pariwisata sempat terganggu, ia optimistis dampak ekonominya tidak akan terlalu parah. Sejumlah hotel di Kingston dan Ocho Rios bahkan mulai ramai kembali berkat kedatangan relawan serta pekerja bantuan setelah badai.
“Saat ini, kami memberikan diskon antara 25 persen hingga 50 persen dan beberapa hotel juga menawarkan menginap gratis,” ujar Jarrett.
Sektor pariwisata sendiri mampu menyumbang sekitar 30% dari PDB Jamaika, baik secara langsung maupun tidak langsung. Sektor ini mempekerjakan sekitar 175.000 orang dan menjadi penggerak utama bagi berbagai industri lain seperti konstruksi, perbankan, utilitas, dan pertanian.
Menurut pekerja hotel di paroki Hanover bagian barat, Patricia Mighten, mengatakan dengan gangguan yang terjadi pada industri ini sangat berdampak pada penyedia barang dan jasa pendukung.
“Dengan beberapa hotel tutup dan sebagian besar turis pergi, banyak dari kami kehilangan pekerjaan. Badai ini tidak hanya menghancurkan bangunan, tetapi juga menghancurkan pekerjaan dan pendapatan kami,” tutur Patricia.






