Status Geopark Kaldera Toba yang diberi kartu kuning dari UNESCO, kini jadi sorotan berbagai pihak. Bagaimana dampaknya terhadap pariwisata Indonesia?
Peringatan tersebut dikeluarkan oleh pihak UNESCO karena pihak pengelola dianggap tidak maksimal dalam menyelenggarakan tata kelola kawasan tersebut. Sehingga peringatan itupun mengancam status Geopark Kaldera Toba dicabut dari UNESCO Global Geopark (UGG).
Menyoal perkara tersebut, detikTravel menghubungi Dewan Pakar Gerakan Solidaritas Nasional (GSN) Bidang Pariwisata, Taufan Rahmadi. Dalam pesan suara yang ia disampaikan, Taufan menyebut jika dalam skenario terburuknya peringatan itu tidak terselesaikan dengan cepat, maka Indonesia akan merugi.
“Tentu kalau bicara dampak pada pariwisata itu bisa terjadi penurunan wisatawan ya, karena status UNESCO itu adalah brand ya. Brand yang mampu menarik wisatawan mancanegara atau wisatawan internasional,” kata Taufan kepada detikTravel, Senin (19/5/2025).
“Dengan dicabut misalnya oleh UNESCO itu berisiko mengurangi minat wisatawan, terutama dari mancanegara yang memang mencari destinasi-destinasi dengan pengakuan global,” ia melengkapi.
Taufan menjelaskan sejak tahun 2020, Geopark Kaldera Toba berhasil meningkatkan kunjungan sekiranya hingga 40% berkat pengakuan dari UNESCO itu. Kemudian, ia sangat menyayangkan jika permasalahan yang terjadi tidak cepat diselesaikan maka potensi pariwisata di kawasan itu akan menghilang dan tentunya kunjungan wisatawan pun berkurang.
“Nah kebayang kan kalau dicabut, maka mungkin saja kita bisa perkirakan kunjungan nanti bisa berkurang 20 sampai 30 persen. Dan ini kalau saya lihat itu dari pasar Eropa dan Asia Timur,” jelas Taufan.
Selain dampak langsung ke sektor pariwisata. Taufan juga menyebut dampak jika masalah tata kelola ini tidak cepat terselesaikan dan skenario terburuknya pengakuan UNESCO dicabut, maka ekonomi lokal pun akan terimbas.
Menurutnya setiap destinasi pariwisata, masyarakat sekitar akan menggantungkan mata pencarian mereka di di kawasan itu. Dan sektor pariwisata pada akhirnya akan mempengaruhi ekonomi lokal.
“Nah masyarakat yang bergantung pada sektor pariwisata di daerah sekitar sana, ya apakah itu UMKM-nya atau homestay atau pelaku pariwisata, guide, itu berpotensi tuh kehilangan pendapatan itu. Karena kita tahu bahwa hampir 60 persen penduduk di kawasan Danau Toba itu bergantung pada sektor pariwisata gitu,” ucapnya.