Sedang ramai di sosial media tentang rumah adat Toraja, Tongkonan yang berusia ratusan tahun rata dengan tanah. Kericuhan pun terjadi dan sejumlah warga dikabarkan terluka dan terkena gas air mata.
Dikutip dari detikSulsel, eksekusi Tongkonan Ka’pun di Kabupaten Tana Toraja, Sulawesi Selatan (Sulsel) berakhir ricuh setelah mendapatkan perlawanan dari pihak keluarga pada Jumat (5/12/2025). Saat proses eksekusi pihak keluarga Tongkonan Ka’pun melakukan protes dan menghalangi proses eksekusi.
Apa Itu Tongkonan?
Dikutip dari website Disbudpar Toraja Utara, Senin (8/12/2025) Tongkonan adalah rumah panggung tradisional masyarakat Toraja berbentuk persegi empat panjang. Ditinjau dari strukturnya, bangunan dengan arsitektur khas ini terdiri atas tiga bagian yaitu bagian kaki, badan rumah dan atap. Ini merefleksikan kosmogini masyarakat Toraja dalam aluk yang mengenal tiga struktur alam yaitu alam bawah, tengah dan atas.
Menurut repository UKI, nama Tongkonan berasal dari bahasa Toraja yang berarti duduk, bertemu, dan bermusyawarah untuk membahas masalah-masalah penting. Mengutip laman Balai Bahasa Sulsel Kemdikbud, konon, istilah ini muncul karena memang fungsi utama rumah tongkonan sebagai tempat masyarakat desa duduk berkumpul dan bermusyawarah.
Fakta Rumah Adat Tongkonan
Rumah adat Tongkonan berupa bangunan panggung persegi panjang. Tongkonan dikenal dengan atapnya yang berbentuk perahu dengan buritan. Mengutip buku Tongkonan, Mahakarya Arsitektur Tradisional Suku Toraja dari Kemdikbud oleh Weni Rahayu, berikut keunikan dari rumah adat ini.
1. Kayunya Awet, Mampu Bertahan Ratusan Tahun
Bahan dasar utama rumah adat Tongkonan adalah kayu Uru yang tidak dipernis. Hal ini membuat rumah mampu bertahan hingga ratusan tahun
2. Atap Menyerupai Perahu
Sekilas, atap rumah Tongkonan mirip dengan rumah adat bolon dari Sumatera Utara. Bentuknya melengkung seperti perahu dengan kedua ujung menjulang.
Bahan atapnya dibuat dari tumpukan bilah bambu yang bagian atasnya dilapisi rumbia, alang-alang, jung atau seng. Ada juga tongkonan tua yang atapnya berbahan dasar batu.
3. Ada Rangkaian Tanduk Kerbau
Pada tiang utamanya, di bagian depan terdapat rangkaian tanduk kerbau di tiang utama yang disusun dari atas ke bawah. Jumlah tanduk kerbau ini didapat dari upacara pengorbanan saat penguburan anggota keluarga.
Selain itu, jumlah tanduk kerbau juga melambangkan kemampuan ekonomi pemilik rumah serta menunjukkan tingginya derajat keluarga yang mendiami rumah tersebut. Sehingga, semakin banyaknya tanduk, semakin tinggi status sosial keluarga pemilik rumah.
4. Patung Kepala Kerbau di Depan Rumah
Pada bagian depan atas rumah, terdapat patung kepala kerbau, Ada yang berwarna hitam, putih, dan belang. Bagi pemilik rumah yang dituakan, tada tambahan patung naga atau kepala ayam.
5. Rahang Kerbau dan Babi di Bagian Kiri dan Kanan Rumah
Jika di bagian depan atas rumah ada kepala kerbau, di bagian kiri yang menghadap ke barat terpasang rahang kerbau yang pernah disembelih. Sementara di bagian kanan yang menghadap ke timur terpasang rahang babi.
6. Berpasangan dengan Alang Sura
Rangkaian bangunan rumah Tongkonan terdiri dari banua sura (rumah utama/rumah yang diukir) dan alang sura (lumbung yang diukir). Keduanya dianggap sebagai suami istri.
Terkadang, rumah dilengkapi dengan lumbung tidak berukir dan rumah panggung dengan ruangan yang lebih luas. Banua melambangkan seorang ibu yang melindungi anak-anaknya, sedangkan alang sura melambangkan peran ayah sebagai tulang punggung keluarga. Keduanya berperan sebagai pengganti orang tua. Letak deretan banua dan alang saling berhadapan.
Di antara banua dan alang, terdapat ulu ba’ba, yaitu halaman memanjang. Biasanya, halaman ini digunakan untuk tempat bekerja, melumuri padi, bermain anak-anak dan menjadi ‘ruang pengikat’ dan penyatu dalam komplek. Halaman tersebut juga merupakan tempat bagi kegiatan ritual dalam upacara kematian atau pemakaman jenazah.
7. Menghadap ke Utara
Rumah Tongkonan selalu menghadap ke utara. Hal tersebut dihubungkan dengan sang pencipta yang diyakini masyarakat sekitar, yaitu Puang Matua.
Arah selatan dihubungkan dengan nenek moyang dan dunia kemudian, sedangkan arah barat dikenal sebagai nenek moyang yang didewakan. Semenara itu, arah timur dihubungkan dengan kedewaan.
8. Ornamen Ukiran
Tongkonan memiliki dinding dari kayu yang dihiasi ukiran. Motifnya bermacam-macam, mulai dari tumbuhan, hewan, bentuk geometri, benda di langit, cerita rakyat dan lain-lain.
Ukiran-ukirannya mengandung makna dan nilai-nilai kehidupan yang berkaitan erat dengan falsafah hidup orang Toraja. Beberapa di antaranya yaitu nasihat agar menjalani hidup dengan baik dan benar, selalu bekerja keras, saling menghargai, selalu menjaga persatuan dan kekeluargaan, serta ketakwaan kepada Tuhan.






