Masakan Italia yang selama ini menjadi salah satu ikon kuliner dunia, kini akan mendapat status bergengsi sebagai Warisan Budaya Takbenda UNESCO.
Proses penilaian awal sudah tuntas dan keputusan final dijadwalkan keluar tak lama lagi. Pengajuan itu pertama kali dilakukan pada Maret 2023 oleh Kementerian Pertanian dan Kebudayaan Italia.
Mengutip The Independent, Sabtu (13/12/2025) Pemerintah Italia ingin menegaskan bahwa masakan Italia, mulai dari pasta, pizza, risotto hingga cannoli lebih dari sekadar hidangan. Kuliner itu adalah bagian dari kehidupan sehari-hari, sebuah ritual sosial yang menghubungkan keluarga dan komunitas.
Pemerintah Italia juga mengingatkan bahwa kuliner mereka bukan satu bentuk tunggal. “Tidak ada satu pun masakan Italia, melainkan mozaik keragaman ekspresif lokal,” tulis pernyataan mereka.
Berbagai hidangan khas daerah seperti ossobuco dari Lombardia atau orecchiette con cime di rapa dari Puglia disebut sebagai bukti betapa kayanya warisan kuliner negara tersebut. Perdana Menteri Italia, Giorgia Meloni, ikut bersuara dan menyebut kuliner negeri asalnya sebagai perwujudan budaya, identitas, tradisi, dan kekuatan.
Jika UNESCO memberikan lampu hijau, dampaknya bisa sangat besar. Prediksi industri menunjukkan pengakuan tersebut berpotensi menambah hingga 18 juta malam kunjungan wisatawan dan mendongkrak jumlah wisatawan sebesar 8% dalam dua tahun.
Popularitas masakan Italia di luar negeri memang tak perlu diragukan. Sekitar 59 juta warga Italia memiliki keterhubungan budaya dengan 85 juta keturunan Italia di berbagai negara. Deloitte mencatat bahwa pasar layanan makanan Italia di tingkat global mencapai 251 miliar euro (Rp 4 kuadriliun) pada 2024 atau sekitar 19% dari total pasar restoran dunia.
Namun, Italia masih harus menghadapi kerugian hingga 120 miliar euro (Rp 2 kuadriliun) setiap tahun akibat produk tiruan yang beredar luas. Meski antusiasme cukup besar, tidak semua pihak setuju dengan langkah nominasi ini.
Sejarawan kuliner Alberto Grandi mengkritiknya sebagai hanya operasi pemasaran. Melalui bukunya La cucina italiana non esiste (2024), ia menyebut sebagian hidangan yang dianggap tradisional seperti pasta alla carbonara itu sebenarnya baru muncul belakangan dan dipengaruhi budaya lain.
Pandangan tersebut langsung mendapat penolakan keras dari Asosiasi Petani Coldiretti, yang menilai klaim tersebut sebagai serangan tak jelas terhadap tradisi kuliner nasional.
Namun bagi para pelaku kuliner, pengakuan UNESCO akan menjadi kebanggaan besar. Pemilik restoran bersejarah Da Sabatino di Roma, Luigina Pantalone, mengatakan langkah ini adalah momentum penting.
“Masakan Italia otentik perlu dilindungi,” tegas Luigina.






