Jejak Sejarah dan Warna-warni Stasiun KRL Cikini-Jayakarta

Posted on

Kawasan Cikini dan sekitarnya menyimpan banyak jejak sejarah penting yang masih bisa kita saksikan hingga hari ini. Salah satunya adalah stasiun kereta api yang berdiri sejak tahun 1918 dan menjadi bagian awal perkembangan jaringan perkeretaapian di Batavia.

Stasiun ini dibangun di pusat jalur perlintasan agar masyarakat dapat dengan mudah mengakses transportasi sekaligus menjadi ruang interaksi publik, tempat orang-orang datang dan pergi setiap harinya.

Pada masa awal pembangunannya, jalur kereta api dikembangkan secara bertahap. Setelah Batavia, jalur diperluas menuju wilayah seperti Jatinegara, Jayakarta, hingga Bandung, lalu diteruskan ke Surabaya.

Jalur ini menjadi salah satu urat nadi penting mobilitas di Pulau Jawa. Tak heran jika pembangunan kereta api pada masa itu dianggap sebagai proyek besar yang menandai kemajuan infrastruktur kolonial.

Ciri khas stasiun-stasiun lama dapat dikenali dari desain bangunannya yang kokoh dan penggunaan warna-warna tertentu. Warna-warna ini bukan sekadar estetika, tetapi juga memiliki fungsi praktis, yakni membantu penumpang tetap waspada dan tidak mengantuk. Warna biru, merah, dan kombinasi lainnya digunakan sebagai penanda visual yang mudah dikenali, terutama pada masa ketika perjalanan kereta masih memakan waktu panjang.

Seiring waktu, sejumlah stasiun dan jalur kereta api ditetapkan sebagai cagar budaya. Penetapan ini bertujuan untuk melindungi nilai sejarah dan arsitektur bangunan agar tidak berubah sembarangan.

Cagar budaya sendiri memiliki tingkatan, mulai dari tingkat daerah, provinsi, hingga nasional. Semakin tinggi statusnya, semakin ketat pula aturan perubahan bangunan, termasuk pengecatan dan renovasi yang harus mendapat izin pemerintah terkait.

Stasiun Manggarai-Jakarta Kota ternyata memiliki keunikan yang mungkin tak disadari penumpang. Di balik padatnya penumpang KRL Bogor-Jakarta Kota, keunikan ini adalah ciri khas yang menandai tiap stasiun dan tentunya menjadi keindahan sendiri.

KRL Bogor-Jakarta Kota melewati jalur layang yang diresmikan tahun 1992, dikutip dari akun Instagram commuterline. Rute ini melewati Stasiun Cikini, Gondangdia, Juanda, Sawah Besar, Mangga Besar, dan Jayakarta hingga sampai di Jakarta Kota.

Warna-warni Stasiun

detikTravel sempat mengunjungi stasiun di jalur KRL Bogor-Jakarta Kota yang ternyata memang punya warna keramik dan cat berbeda.

1. Stasiun Cikini

Saat turun di peron kereta, detikers disajikan pemandangan stasiun yang berwarna serba coklat cerah. Dinding cokelat ini bukan sekadar estetika tanpa makna namun melambangkan elegansi, kehangatan, kegembiraan, dan energi. Stasiun di Cikini, Jakarta Pusat ini juga menggunakan kombinasi keramik abu-abu dari lobi hingga tangganya. Terkait fasilitas penumpang, stasiun dilengkapi empat lokasi tangga serta dua eskalator untuk naik dan turun penumpang.

2. Stasiun Gondangdia

Berikutnya adalah Stasiun Gondangdia dengan warna kuning telur pada dinding, keramik lantai, hingga tangganya. Warna kuning cerah dipadukan dengan abu-abu di lantai stasiun sebagai kombinasi sekaligus menegaskan kesan positif.

Dikutip dari akun Instagram commuterline warna kuning melambangkan kebahagiaan, keceriaan, optimisme, dan energi positif. Semangat ini diharapkan ada pada tiap penumpang KRL, meski harus berjibaku dengan padatnya KRL dan waktu tempuh tidak sebentar

3. Stasiun Juanda

Stasiun Juanda terletak di Gambir, Jakarta Pusat, dan diresmikan pada 1872. Saat turun dari KRL Commuter Line, detikers akan disajikan pemandangan serba biru langit mulai dari peron, tangga lobi, hingga pintu keluar berbeda dengan stasiun sebelumnya.

Untuk lantai, Stasiun Juanda menggunakan keramik warna abu-abu putih yang tak sama dengan dinding. Dikutip dari Instagram @commuterline, warna biru pada dinding Stasiun Juanda memberikan kesan ketenangan, kedamaian, dan kesejukan bagi para pengguna.

4. Stasiun Sawah Besar

Stasiun di Kecamatan Sawah Besar, Jakarta Pusat ini menggunakan warna lilac (seperti keunguan) pada dindingnya. Warna yang sama digunakan untuk lantai yang dipadukan dengan keramik warna abu-abu. Warna ungu di Stasiun Sawah Besar memberikan kesan lembut dan nyaman dilihat penumpang. Terkait mobilitas penumpang, stasiun menyediakan empat tangga dengan masing-masing punya 52 anak tangga, serta dua eskalator untuk naik dan turun.

5. Stasiun Mangga Besar

Warna oranye mendominasi stasiun yang terletak di Kecamatan Sawah Besar, Jakarta Pusat sejak dibangun pada 1992. Oranye memberi kesan cerah, modern, dan energik yang diharapkan bisa dirasakan para penumpang KRL.

Dinding Stasiun Mangga Besar dilapisi keramik oranye, dan di samping jendelanya diletakkan tanaman hias yang menambah kesan elegan. Lantainya berwarna cokelat, berjajar dari pintu masuk hingga keluar dengan 42 anak tangga.

6. Stasiun Jayakarta

Jayakarta adalah stasiun terakhir sebelum KRL berhenti di Jakarta Kota. Ciri khas stasiun ini adalah penggunaan panel warna pink dan kuning muda pada bangunannya. Warna merah muda begitu mendominasi, hingga Stasiun Jakarta sekilas seperti serba pink.

Stasiun Jayakarta yang terletak di Mangga Dua Selatan, Jakarta Pusat ini bernuansa modern dengan warna yang tak pernah diubah sejak awal berdiri. Jayakarta dilengkapi dengan empat tangga untuk naik turun penumpang dari peron, masing-masing terdiri atas 47 anak tangga.

Seiring waktu, banyak stasiun memiliki renovasi untuk perbaikan layanan dan kemudahan penumpang. Perbaikan stasiun memang tidak meninggalkan bangunan asli atau cagar budaya setempat, meski desainnya cenderung nyaris sama.