Sedih, Anak Gajah di PKG Sebanga Mati gegara Terinfeksi EEHV

Posted on

Seekor anak gajah Sumatera bernama Laila mati di Pusat Konservasi Gajah Sebanga, Kabupaten Bengkalis, Riau akibat terinfeksi EEHV.

Hasil pemeriksaan laboratorium Medica Satwa Laboratoris Bogor terhadap sampel jaringan dan organ milik Laila yang sebelumnya dikirim oleh BBKSDA Riau menunjukkan anak gajah itu positif terinfeksi Elephant Endotheliotropic Herpes Virus (EEHV).

Kepala BBKSDA Riau Supartono menyatakan hasil uji laboratorium menunjukkan infeksi virus EEHV telah menyerang organ hati Laila dan menyebabkan anak gajah itu tewas.

“Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium, kematian Laila disebabkan infeksi virus EEHV,” ujar Supartono, dikutip Senin (22/12/2025).

EEHV merupakan jenis virus herpes yang hanya menyerang gajah dan umumnya berdampak fatal pada anak gajah. Penyakit ini dikenal berkembang sangat cepat dan memiliki tingkat kematian yang tinggi.

“Penularannya hanya terjadi antar gajah dan penanganannya cukup sulit,” kata Supartono.

Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni pun memberi perhatian khusus kepada kematian Laila. Mencegah hal serupa terjadi, Raja Antoni kemudian meminta bantuan Fauna Land Indonesia untuk mendatangkan dokter gajah dari Vantara di India.

Vantara adalah pusat penyelamatan, rehabilitasi, dan konservasi satwa liar raksasa di Jamnagar, Gujarat, India. Di sana juga berdiri salah satu Rumah Sakit Gajah tercanggih di dunia

“Saya sudah kontak temen di India bisa menemukan antivirus itu, tinggal studynya apakah cocok atau tidak dengan gajah kita. Cuman saat ini sudah ada progres. Mereka bahkan mau ngasih gratis jika cocok dengan gajah kita. Tinggal satu step riset lagi,” kata Raja Antoni di Sebanga pada 29 November 2025.

Permintaan Raja Juli akhirnya jadi kenyataan pada Senin (22/12). Tim Vantara India telah hadir di Riau. Kedatangan mereka untuk melakukan analisis medis dan melakukan tindakan preventif terhadap penyebaran virus EEHV.

“Kita hari ini mengunjungi Taman Wisata Alam (TWA) Buluh Cina di Balai Besar KSDAE Riau, bersama dengan tim dari Vantara dari India untuk bersama-sama mengevaluasi, melihat kondisi Gajah yang di captivity. Nah karena kita tahu beberapa waktu lalu ada kejadian, misalnya anak gajah yang meninggal karena virus EEHV (Elephent Endotheliotropic Herpes Virus) yang itu akan kita cegah,” kata Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE), Prof Satyawan Pudyatmoko, Senin (22/12/2025).

Pencegahan kematian gajah akibat infeksi EEHV memerlukan pengetahuan dan keterampilan yang memadai, terutama dalam mendeteksi gejala sejak dini.

Dengan kerjasama ini, Satyawan mengharapkan dapat menyelamatkan populasi gajah Sumatera yang bukan hanya terancam akibat kehilangan rumah ekosistem mereka, tapi juga ancaman EEHV.

“Sehingga untuk mencegah itu, kita perlu ada pengetahuan yang cukup. Perlu ada keterampilan yang cukup. Kita bekerjasama dengan mitra kita dari luar negeri untuk datang bersama-sama. Membuat peaceline data untuk Gajah yang ada di sini, lalu juga tentu capacity building untuk mahut (pawang gajah) ya,” jelasnya.

Tim dokter spesialis gajah dari Vantara India kemudian melakukan diagnosis awal, mempelajari kondisi kesehatan serta kesejahteraan gajah di TWA Buluh Cina, terutama pasca merebaknya penyakit herpes.

“Mereka ada dokter-dokter ahli yang sekarang ini ikut mensurvei lokasi ini yang di mana beberapa waktu lalu terjadi outbreak penyakit Herpes, kami sudah melihat mendiagnosa, mempelajari kondisi dan wellfare Gajah ini, dan kami akan melakukan langkah-langkah berikutnya, preventif measurement dari medis dan akan berkala ini. Kami terapkan supaya menghindari terjadi kematian lagi,” ujar Danny Gunalen, CEO Fauna Land Indonesia.

Meski kerjasama ini dimulai di Buluh Cina, upaya preventif nantinya juga akan menjangkau seluruh kantong gajah di Taman Nasional Tesso Nilo, Sebanga, Waykambas dan lokasi lainnya.