Pasar Loak Poncol yang terletak di kawasan Senen, Jakarta Pusat, merupakan salah satu pasar barang bekas tertua di Ibu Kota. Berdiri sejak tahun 1960, pasar ini telah menjadi saksi perubahan wajah Jakarta dari masa ke masa.
Di balik hiruk-pikuknya, Pasar Poncol menyimpan kisah panjang tentang dinamika sosial, ekonomi, hingga stigma negatif yang pernah melekat kuat. Pada awal berdirinya, Pasar Poncol dikenal luas sebagai sarang copet.
Banyaknya aksi pencopetan membuat pasar ini memiliki reputasi yang kurang baik di mata masyarakat. Bahkan, para pembeli yang datang ke pasar harus ekstra waspada karena copet kerap beraksi di pintu-pintu masuk pasar.
“Dulu kalau ada yang kecopetan di pasar ini jangan harap bisa ketemu lagi barangnya, kalau kita tidak tahu ciri-ciri pelakunya,” ujar Yuliani, tour guide wisata kreatif Jakarta, saat ditemui akhir pekan lalu.
Menurutnya, pelaku pencopetan di Pasar Poncol sudah sangat lihai dan terorganisir sejak lama. Yuliani menambahkan, peluang barang kembali hanya ada jika korban mengenali ciri-ciri pelaku.
“Kalau pas dicopet kita tahu ciri-ciri orang tersebut, kita bisa lapor ke pihak berwenang. Tapi kalau tidak, ya sudah, barangnya hilang,” katanya. Ia juga menyebut para copet di kawasan tersebut seolah sudah ‘langganan’ beraksi di Pasar Poncol.
Kini, kondisi Pasar Loak Poncol tak seramai dulu. Penutupan akses jalan di depan Stasiun Pasar Senen yang sebelumnya bisa langsung tembus ke area pasar menjadi salah satu penyebab utama.
Pengendara kini harus memutar lewat jalan bawah, sementara akses lurus yang dulu bisa langsung turun di depan pasar hanya dapat dilalui pejalan kaki. Sebelum menempati kios seperti sekarang, Pasar Poncol sempat berpindah lokasi akibat kebakaran yang melanda kawasan toko sebelumnya. Meski demikian, aktivitas jual beli tetap bertahan.
Pasar ini dikenal sebagai tempat transaksi barang bekas, sekaligus ruang ekonomi alternatif bagi masyarakat yang ingin menjual barang milik pribadi. Barang yang dijual di Pasar Poncol sangat beragam, mulai dari sepatu, tas, pakaian, sepatu dan sandal kulit, hingga alat musik seperti gitar.
Selain itu, tersedia pula aksesoris ponsel, perlengkapan olahraga seperti bulutangkis, hingga peralatan rumah tangga dan alat tukang. Tak sedikit pula onderdil motor dan barang elektronik yang bisa ditemukan di sini.
Lokasi Pasar Poncol yang berada tepat di samping Stasiun Pasar Senen menjadikannya strategis dan mudah diakses. Pasar ini kerap menjadi destinasi singgah bagi para traveler atau penumpang kereta yang baru tiba di Senen.
Meski berstatus pasar loak, di dalamnya juga tersedia barang-barang baru layaknya pasar pada umumnya. Saat ini, kondisi Pasar Poncol jauh lebih baik dibandingkan masa lalu.
Renovasi telah dilakukan dengan mengganti atap menjadi baja, membuat suasana pasar lebih terang, luas, dan tidak terlalu pengap. Meski aroma khas akibat letaknya yang dekat dengan kali masih terasa, Pasar Poncol tetap menjadi surga berburu barang second. Di sinilah keahlian menawar menjadi kunci, karena semua barang, seperti namanya yang berasal dari bahasa Jawa, poncol, berarti ‘menonjol’ menunggu pembeli yang cerdik untuk menemukannya.






