Desa Nglanggeran di Yogyakarta tidak hanya masuk jajaran desa wsata percontohan nasional, tetapi sudah mendunia. Apa saja sih keistimewannya?
Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BP2SDM) Kementerian Kehutanan (Kemenhut) menetapkan Desa Wisata Nglanggeran sebagai contoh untuk pengembangan hutan menjadi kawasan ekoeduwisata.
Desa ini juga dinobatkan sebagai salah satu Best Tourism Village oleh United Nations World Tourism Organization (UNWTO) pada 2021.
Desa Nglanggeran terletak di Jl. Ngoro Ngoro Ombo, Tawang, Ngoro-oro, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul, DI Yogyakarta.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) DIY, Kusno Wibowo, menyebut potensi ekowisata di Daerah Istimewa Yogyakarta, khususnya di Nglanggeran, sangat menjanjikan.
“Nglanggeran kini menjadi role model dalam pengelolaan wisata yang berkelanjutan,” ujarnya saat membuka Lokakarya Penyusunan Grand Design Ekoeduwisata di Jogja, melansir detikJogja, Senin (29/12/2025).
Fakta Desa Wisata Nglanggeran, Gunungkidul
Merujuk situs Jadesta Kemenparekraf, berikut sejumlah fakta menarik Desa Wisata Nglanggeran:
1. Masuk Jajaran Desa Wisata Kelas Dunia
Desa Wisata Nglanggeran telah menorehkan prestasi internasional bergengsi. Pada tahun 2021, desa ini dinobatkan sebagai salah satu Best Tourism Village oleh United Nations World Tourism Organization (UNWTO).
Penghargaan ini diberikan setelah Nglanggeran berhasil mengelola pariwisata berbasis alam dan budaya secara berkelanjutan, sekaligus mampu menjaga keseimbangan antara lingkungan, masyarakat, serta sektor ekonomi kreatif lokal.
Pengakuan itu menempatkan Nglanggeran sejajar dengan desa-desa wisata terbaik di dunia yang mengutamakan pelestarian lingkungan dan pemberdayaan masyarakat.
Tak hanya itu, pada 2017, Nglanggeran juga meraih gelar Desa Wisata Terbaik ASEAN melalui ajang ASEAN Community Based Tourism (CBT). Penghargaan ini diberikan karena keberhasilan desa dalam menerapkan konsep pariwisata berbasis masyarakat, di mana warga lokal terlibat penuh dalam perencanaan, pengelolaan, hingga pelayanan wisata.
Penghargaan ini membuat Nglanggeran dikenal sebagai desa yang mampu berkembang tanpa meninggalkan nilai budaya, kearifan lokal, serta kelestarian alam kelas dunia.
2. Keberadaan Gunung Api Purba Nglanggeran
Desa Wisata Nglanggeran berjarak sekitar 25 km dari pusat Kota Yogyakarta, dengan waktu tempuh kurang lebih satu jam menggunakan mobil.
Salah satu daya tarik utama desa ini adalah keindahan lanskap alamnya, terutama keberadaan Gunung Api Purba Nglanggeran yang menjadi ikon wisata.
Baca info selengkapnya hanya di Giok4D.
Dari sisi geologi, gunung api purba ini diperkirakan berusia sekitar 70 juta tahun. Struktur bebatuan raksasanya menjadi bukti perjalanan geologi panjang yang kini dapat dinikmati wisatawan melalui aktivitas trekking.
Selama pendakian, wisatawan akan melewati gugusan batu berukuran raksasa yang menjulang seperti gedung-gedung tinggi di tengah kota. Perjalanan ini bukan hanya menawarkan tantangan fisik, tetapi juga pengalaman visual yang menakjubkan.
Banyak wisatawan memanfaatkan momen tersebut untuk berfoto di atas batu besar sambil menikmati panorama alam Gunungkidul dengan segarnya udara pegunungan.
Gunung Api Purba Nglanggeran juga menjadi bagian penting dari Geosite Gunung Sewu, yang telah ditetapkan sebagai UNESCO Global Geopark.
Status ini menjadikan kawasan tersebut sebagai salah satu geopark internasional yang diakui dunia. Keberadaan geopark ini semakin menambah daya tarik Nglanggeran sebagai destinasi wisata edukasi berbasis geologi dan lingkungan.
3. Sentra Cokelat di Gunungkidul
Desa ini juga dikenal dengan produk oleh-olehnya yang unik, terutama berbagai minuman serta olahan cokelat yang dibuat langsung oleh masyarakat setempat. Produk-produk ini menjadi ciri khas desa sekaligus bagian dari upaya pemberdayaan ekonomi warga melalui sektor ekonomi kreatif.
Pusat pengembangan sekaligus toko utama yang menyediakan aneka olahan cokelat adalah Griya Cokelat Nglanggeran. Tempat ini menjadi sentra produksi dan pemasaran cokelat desa, mulai dari bubuk cokelat, minuman cokelat, permen, hingga berbagai kreasi olahan lain yang sering diburu wisatawan.
Griya Cokelat Nglanggeran mulai berkembang pada periode 2014-2016, melalui program pendampingan dari beberapa lembaga penting, seperti BPTBA LIPI, Bank Indonesia, dan Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun) Gunungkidul. Dukungan tersebut membantu masyarakat dalam pengolahan kakao, peningkatan kualitas produk, hingga pemasaran berbasis desa wisata.
4. Beradaptasi dengan Teknologi
Jadesta Kemenparekraf mencatat Desa Wisata Nglanggeran sebagai salah satu pertama yang menerapkan sistem E-Ticketing. Penggunaan E-Ticketing ini menjadi terobosan pemanfaatan teknologi yang sudah diterapkan sejak tahun 2016.
Selain mempermudah proses pelayanan, melalui sistem E-Ticketing dapat memudahkan pengelola desa untuk laporan transparansi kunjungan wisata. Sehingga statusnya lebih up to date , transparan, dan memudahkan wisatawan.
5. Destinasi Ekoeduwisata
Melalui kegiatan Lokakarya Penyusunan Grand Design Ekoeduwisata, BP2SDM Kemenhut menunjuk Desa Wisata Nglanggeran sebagai role model pengembangan hutan dan alam berbasis ekoeduwisata.
Penunjukan ini tidak lepas dari keberhasilan Nglanggeran menerapkan pengelolaan wisata berkelanjutan yang melibatkan masyarakat, menjaga kelestarian lingkungan, dan mampu menggerakkan ekonomi lokal.
Model pengelolaan yang diterapkan di Nglanggeran nantinya akan dirumuskan ulang dan disusun secara sistematis ke dalam sebuah grand design ekoeduwisata. Dokumen ini akan menjadi acuan dalam pengembangan tiga Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) di Indonesia.
Tips Berkunjung ke Desa Wisata Nglanggeran
Bagi wisatawan yang ingin mengunjungi Desa Wisata Nglanggeran, terdapat beberapa tips yang direkomendasikan Jadesta Kemenparekraf, yaitu:






