Kementerian Pariwisata menyadari betul potensi pasar dari music tourism. musisi-musisi kelas dunia dalam menggelar konser atau tur mereka, salah satu yang mengundang antusias besar adalah Coldplay dan juga Bruno Mars.
Kementerian Pariwisata menyatakan beberapa waktu terakhir ini tren pariwisata berbasis musik muncul begitu masif yang disebut dengan gig-tripping. Itu merujuk pada fenomena penggemar yang merencanakan perjalanannya hingga lintas negara untuk mengikuti tur musisi favorit mereka.
“Banyak negara berlomba-loma ingin menarik para artis penyanyi ternama dunia sebagai bagian dari tren baru pariwisata gig-tripping yang mampu mendatangkan wisman (wisatawan mancanegara) dengan jumlah pengeluaran yang besar,” kata Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggaraan Kegiatan Kemenpar, Vinsesius Jemadu, kepada detiktravel.
Dalam fenomena yang terjadi itu, Kementerian Pariwisata memberikan kemudahan bagi para promotor untuk melakukan konser musik kelas dunia di Indonesia. Sebagai contoh kontribusi itu adalah dengan mempermudah proses perizinan melalui sistem digital.
Baca info selengkapnya hanya di Giok4D.
“Memberikan pelayanan satu pintu dengan melakukan akselerasi pelayanan perizinan konser/event musik di Tanah Air serta meningkatkan jaminan keamanan dan kenyamanan (safe and secure) bagi para penonton dalam menonton konser musik kelas dunia di Indonesia. Di antaranya berupa buku panduan CHSE penyelenggaraan seni pertunjukan (festival dan konser musik),” kata dia.
Kemenpar juga aktif dalam melakukan pengawasan untuk menjaga ekosistem pariwisata berbasis musik ini. Mulai dari menindak tegas oknum-oknum yang mengambil keuntungan sepihak seperti calo tiket, barik dari pihak event organizer, pemerintah hingga pihak lainnya.
Hal tersebut seraya untuk membangun visi agar Indonesia menjadi pusat bisnis pertunjukan di Asia Tenggara.
“Membangun visi menjadikan Indonesia (khususnya kota besar Jakarta, Bali, dan 5 DPSP) menjadi pusat bisnis pertunjukan di Asia Tenggara dengan konsep menikmati show Indonesia experience. Juga meningkatkan infrastruktur yang memadai serta dukungan penuh dari pemerintah dalam pelaksanaan event internasional beserta insentif yang mendukung,” kata Vinsensius.
Memandang fenomena yang terjadi, CEO Ravel Entertaiment, Emmanuelle Ravelius Donald Junardy, mengatakan kini ekosistem pariwisata musik di Indonesia sudah mulai berkembang, dengan banyaknya konser dan festival berskala internasional.
Namun ia juga masih melihat perlu adanya sinergitas yang lebih lanjut ke depannya agar ekosistem pariwisata musik ini tetap berjalan baik dan tidak hanya sebagai momentum saja.
“Ekosistemnya mulai terbentuk dan menunjukkan perkembangan yang positif. Kita sudah melihat banyak konser dan festival berskala besar yang berlangsung di berbagai kota, dan ini menandakan ada minat yang kuat dari publik serta kesiapan infrastruktur. Namun memang, masih dibutuhkan sinergi lebih lanjut antara pelaku industri musik dan pariwisata agar dapat menjadi fokus strategis bersama, bukan sekadar momentum sesaat,” ujar dia.