Deborah Datang ke Tel Aviv untuk Pesta Pernikahan, Kini Tak Bisa Pulang

Posted on

Ribuan warga negara Inggris terjebak di Israel tanpa kepastian bisa pulang seiring makin memanasnya konflik bersenjata antara Israel dan Iran. Salah satu dari mereka yang terjebak adalah Deborah Claydon (41), yang datang untuk menghadiri pernikahan sepupunya.

Penutupan wilayah udara Israel sejak akhir pekan membuat seluruh penerbangan komersial dibatalkan. Hingga kini belum ada tanda-tanda bahwa situasi akan segera mereda. Claydon, seorang guru asal Hertfordshire, Inggris, datang ke Herzliya, Tel Aviv, Israel pekan lalu untuk menghadiri pernikahan sepupunya.

Dia merencanakan perjalanan itu diselesaikan dalam waktu tiga hari. Tetapi rencananya buyar. Kegembiraan juga berubah menjadi ketakutan. Saat berada di Herzliya, rudal mulai menghujani wilayah tempat dia menginap.

“Semuanya berubah hanya dalam hitungan jam. Tiga jam setelah kami kembali dari pesta pernikahan, sirene berbunyi dan kami harus segera masuk ke tempat perlindungan,” ujarnya kepada BBC dikutip Rabu (18/6/2025).

Herzliya berada di pesisir tengah Israel. Dia bersama ibunya yang berusia 81 tahun. Setiap malam, mereka terbangun berkali-kali oleh suara sirene peringatan serangan udara dan bergegas menuju shelter yang tersedia di hotel mereka.

“Ini benar-benar menakutkan dan banyak orang mulai panik. Kami beruntung hotel memiliki tempat perlindungan yang cukup layak, tapi tetap saja, suasananya penuh kecemasan,” kata dia.

Apalagi Deborah meninggalkan tiga anak di Inggris. Dia pun sangat ingin segera kembali ke rumah.

“Saya mencoba tetap positif karena ibu saya bersama saya, tapi ini sangat mengerikan. Saya tidak ingin dibangunkan tiga kali semalam dengan pikiran bahwa mungkin kami akan terkena rudal. Saya ingin pulang, kembali bekerja, dan bersama anak-anak saya,” kata dia.

Sejak serangan dimulai Jumat, setidaknya 24 orang telah tewas di Israel, sedangkan lebih dari 200 korban jiwa dilaporkan di Iran, menurut otoritas masing-masing negara. Pemerintah Israel menutup total Bandara Internasional Tel Aviv dan ribuan penerbangan dibatalkan.

Sekitar 40.000 wisatawan asing terjebak di dalam negeri, termasuk mereka yang datang untuk menghadiri Parade Pride tahunan di Tel Aviv yang dibatalkan mendadak karena pecahnya konflik.

Beberapa wisatawan mulai mempertimbangkan untuk meninggalkan Israel melalui jalur darat ke Yordania atau Mesir. Opsi itu bukan tanpa risiko, namun bahkan boleh dibilang menjadi satu-satunya harapan untuk kembali ke negara asal.

Pada Selasa, Deborah bersama sekelompok turis asing lain memutuskan untuk menempuh perjalanan panjang dengan mobil menuju perbatasan Mesir. Tujuannya adalah Sharm El-Sheikh. Dia berharap bisa mendapatkan penerbangan pulang ke Inggris.

Namun, keputusan itu membawa dilema berat. Ia harus meninggalkan ibunya, yang secara fisik tidak mampu menjalani perjalanan panjang. Sang ibu kini tinggal bersama saudara laki-laki Deborah di kota lain yang lebih aman.

“Saya sangat takut,” katanya sebelum memulai perjalanan.

“Ini situasi yang sangat tidak stabil. Saya tidak tahu apakah lebih aman pergi atau tetap tinggal. Tidak ada jaminan. Kita bahkan tidak tahu kapan bandara akan dibuka kembali, bisa dalam hitungan hari, atau bahkan minggu,” dia menambahkan.

Di dalam shelter hotel tempat ia menginap, Deborah menggambarkan suasana saling mendukung antar wisatawan dari berbagai negara. Meski tak saling kenal sebelumnya, kini mereka menjadi satu kelompok yang saling menguatkan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *