Banyak tradisi unik di dunia yang bikin ngilu dan geleng-geleng kepala. Seperti salah satu tradisi di India yang memecahkan batok kelapa dengan kepala ini.
Dikutip dari News18, Sabtu (26/7/2025) ritual ini merupakan bagian dari perayaan untuk menghormati Gattavadi Maramma, dewa desa di Nanjangud Taluk. Terdapat rentetan puja dan upacara khusus yang dilakukan di kuil selama festival Jatra Mahotsava ini.
Di pagi hari, penduduk desa berkumpul untuk menyiapkan dan menyajikan makanan untuk Maramma. Setelah itu, para umat meletakkan air dan karung pisang di depan kuil.
Selama festival Aadi Perukku di Tamil Nadu, orang-orang pergi ke kuil untuk memecahkan kelapa dengan kepala mereka. Ritual ini diikuti untuk memohon berkah dari Tuhan agar selalu diberikan kesehatan dan kesuksesan. Meskipun tampak berisiko, umat beragama menganggapnya sebagai tradisi yang penting.
Di beberapa daerah seperti distrik Karur, Coimbatore, dan Madurai di Tamil Nadu, tradisi memecahkan kelapa di kepala dilakukan dalam berbagai perayaan.
Setiap musim hujan, di Tamil Nadu merayakan festival Aadi Perukku untuk memberikan penghormatan kepada air yang memberi kehidupan dan menopang kehidupan. Ada banyak ritual yang menjadi bagian dari perayaan Aadi Perukku salah satunya memecahkan kelapa di kepala.
Memecahkan kelapa di kepala umat merupakan simbol pembebasan dari masa lalu dan penyerahan diri kepada Tuhan. Ribuan orang sukarela mengantre di luar gerbang Kuil Mahalakshmi di Karur, Tamil Nadu, untuk menerima berkah dalam perayaan syukur ini.
Dikutip dari Times of India selama ritual, seorang pendeta memegang kepala para penyembah yang sedang antre menunggu giliran dan pendeta lain memecahkan kelapa dengan cepat dengan menghantamkannya ke kepala orang tersebut. Tentu saja, ritual ini menyebabkan cedera kepala pada orang-orang.
Beberapa dari mereka bergegas ke klinik dokter untuk mendapatkan pertolongan pertama, yang mungkin memerlukan beberapa jahitan. Namun banyak jemaah yang enggan berobat karena rasa hormat kepada dewa, dan juga rasa takut akan murka dewa.
Namun, relawan tetap dikerahkan di area kuil untuk mengoleskan bubuk kunyit atau abu suci yang disebut vibhooti pada luka-luka orang yang dihantam kepalanya.
Asal-usul tradisi
Ada berbagai kisah tentang asal usul ritual ini. Konon, ribuan tahun yang lalu para penyembah Dewa Siwa datang untuk memohon berkah. Meskipun telah berdoa, Dewa Siwa tak kunjung muncul.
Kemudian umat mulai memecahkan kelapa dengan kepala mereka, membayangkan kelapa itu seperti wajah Dewa Siwa yang bermata tiga. Akhirnya, Dewa Siwa muncul dan mengabulkan keinginan mereka. Sejak saat itu, ritual ini terus diikuti.
Ada juga yang mengatakan tradisi ini dimulai di era kolonial Inggris, ketika ada rencana pembongkaran sebuah kuil yang nantinya akan dilewati jalur kereta api. Hal ini memicu pertentangan di antara penduduk.
Di tengah pembangunan kuil, sekitar 187 batu besar seukuran kelapa diambil dari sungai terdekat. Pemerintah Inggris mengajukan tantangan, jika penduduk desa dapat memecahkan batu-batu ini dengan kepala mereka, kuil tidak akan dihancurkan.
Tanpa ragu, penduduk desa menerima tantangan tersebut, dan memulai tradisi memecahkan kelapa di kuil.
Meskipun praktik ini telah menuai kecaman dari beberapa lembaga seperti Komisi Hak Asasi Manusia Negara Bagian karena sifatnya yang tidak masuk akal, otoritas negara bagian masih mengizinkan praktik ini mengingat fakta bahwa praktik tersebut tidak sepenuhnya fatal.