Bos Garuda: 15 Pesawat Lagi Antre Perawatan Rutin

Posted on

PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk mengklarifikasi isu yang menyebut bahwa maskapai flag carrier itu telah menghentikan sementara operasional (grounded) 15 pesawatnya lantaran kesulitan membayar biaya perawatan.

15 Pesawat tersebut terdiri dari 14 pesawat milik Citilink dan 1 pesawat milik Garuda Indonesia. Dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VI DPR RI di Jakarta, Rabu, 7 Mei 2025, Direktur Utama Garuda Indonesia Wamildan Tsani Panjaitan mengatakan bahwa 15 pesawat tersebut sebenarnya sudah masuk dalam daftar tunggu untuk menjalani perawatan rutin tahun depan.

“Kami izin menanggapi terkait dengan yang di media 15 pesawat bahwa kami izin menyampaikan bahwa 14+1 itu adalah pesawat yang antrean slotnya di tahun depan,” ujarnya seperti dikutip dari YouTube TVR Parlemen.

Namun, ia mengatakan perusahaan saat ini sedang melakukan percepatan proses agar 15 pesawat tersebut dapat dimasukkan ke dalam antrean perawatan pada tahun ini. “Jadi memang kalau mau dibilang di-grounded 15 pesawat itu sebetulnya kurang pas. Memang dia antreannya itu masih di tahun depan gitu. Jadi langkah-langkah yang kami ambil saat ini adalah percepatan agar 15 itu bisa serviceable di tahun ini,” ujarnya.

Sebelumnya, dikutip dari detikFinance, Bloomberg melaporkan Garuda Indonesia menghentikan operasional sementara 15 pesawatnya. Hal ini dilakukan lantaran kesulitan membayar biaya perawatan.

Berdasarkan sumber Bloomberg, penghentian operasional ini menjadi tanda bahwa rencana kebangkitan maskapai itu mungkin sedang gagal.

Beberapa pemasok maskapai penerbangan nasional Indonesia juga meminta pembayaran di muka untuk suku cadang dan tenaga kerja karena khawatir dengan situasi keuangan Garuda.

Adapun sebagian besar pesawat yang dihentikan operasionalnya sebagai besar yakni milik PT Citilink Indonesia.

Sementara itu, berdasarkan data terbaru perusahaan yang melacak armada maskapai yakni Cirium, maskapai Garuda diketahui memiliki 66 pesawat yang beroperasi dan 14 pesawat yang disimpan.

Untuk diketahui, Garuda akhir tahun lalu mengangkat CEO baru Wamildan Tsani Panjaitan dan memulai misi untuk memperbaiki neraca keuangannya dan memperluas jaringan internasionalnya. Bahkan Presiden Indonesia Prabowo Subianto dilaporkan telah menyampaikan bahwa ia ingin membuat Garuda, yang telah lama berjuang secara finansial dan memiliki catatan keselamatan yang buruk, lebih menguntungkan dan memperdalam kehadiran internasionalnya.

Namun, dalam beberapa waktu lalu, maskapai penerbangan di negara Asia Tenggara tersebut dibatasi oleh kebijakan pembatasan harga tiket pesawat domestik pemerintah, yang dirancang untuk mengatur dan mengendalikan biaya tiket kelas ekonomi dan memastikan keterjangkauan bagi penumpang.

Hal itu membuat mereka lebih sulit untuk menaikkan tarif guna meningkatkan pendapatan. Nilai tukar rupiah yang lemah juga tidak membantu, mengingat banyak biaya operasional dalam dolar AS.

“Akibatnya, Garuda bukan satu-satunya maskapai dengan lebih banyak pesawat yang tidak beroperasi karena kesulitan pembayaran perawatan,” kata sumber Bloomberg.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *