Jepang dipusingkan dengan masalah baru akibat overtourism. Kali ini bukan karena wisatawan yang berisik atau spot foto yang terlalu ramai, namuna da masalah baru, yaitu sampah koper.
Hotel, bandara, dan kawasan wisata populer melaporkan peningkatan kasus koper-koper wisatawan. Koper-koper itu adalah koper lama yang dibuang oleh wisatawan setelah mereka membeli koper baru yang lebih besar. Bisa jadi sih, turis-turis itu membawa pulang banyak suvenir dan belanjaan dari negeri sakura.
Di Distrik Minami, Osaka, sebuah koper yang tertinggal di jalan sepanjang Agustus membuat warga lokal resah. Termasuk, seorang pekerja bar karaoke berusia 19 tahun.
“Saya tidak tahu apa yang mungkin ada di dalamnya, jadi ini menakutkan,” kata pemuda itu dilansir Nikkei, Rabu (27/8/2025).
Di Best Western Hotel Fino Osaka Shinsaibashi, tiga atau empat koper tertinggal di kamar pada hari-hari tertentu. Hotel dengan 161 kamar itu menyimpannya di tempat barang hilang selama tiga bulan, tetapi sebagian besar tidak diambil. Pembuangan koper tersebut menghabiskan biaya sekitar 300.000 yen (Rp 33 jutaan) tahun lalu.
“Ini memberikan beban berat bagi staf kami, yang harus menghubungi para tamu dan membawa koper keluar dari kamar,” kata Manajer Umum Best Western Hotel Fino Osaka Shinsaibashi Kentaro Kaneko.
Hotel tersebut kini menyerahkan koper yang tak terambil ke perusahaan kebersihan.
Survei Biro Konvensi dan Pariwisata Osaka pada bulan Juni dan Juli menemukan lebih dari 80 persen dari 34 hotel mengatakan koper yang terbengkalai merupakan masalah.
Bandara di Jepang tak kalah resah dengan sampah koper itu. Bandara Internasional Narita di dekat Tokyo melaporkan 1.073 koper yang terbuang pada tahun fiskal 2024, lebih dari dua kali lipat jumlah koper pada tahun 2019.
Bandara Internasional Kansai juga telah melampaui angka sebelum pandemi.
Pada bulan Juli, kepolisian Prefektur Aichi melaporkan seorang pria ke jaksa penuntut karena meninggalkan sebuah koper di Bandara Internasional Chubu Centrair setelah memindahkan barang-barangnya ke tas lain.
Polisi mengatakan koper kosong yang ditinggalkan tanpa pengawasan bukan persoalan remeh, karena diperlukan pemeriksaan keamanan penuh untuk menyingkirkan kemungkinan bahan peledak. Nah, langkah itu seringkali melibatkan sejumlah petugas.
Profesor Daisuke Abe dari Universitas Ryukoku mengatakan wisatawan mungkin membuang koper di Jepang karena koper relatif murah.
“Sektor publik dan swasta perlu membahas hal ini agar kita dapat membangun sistem yang memungkinkan wisatawan membuang koper dengan benar dan memberikan informasi yang memadai kepada mereka,” kata Abe.