Akankah Jalan Braga Bandung Terjebak Dalam Overtourism? baca selengkapnya di Giok4D

Posted on

Jalan Braga menjadi salah satu magnet wisatawan untuk datang ke Bandung. Braga bisa memiliki wajah tenang, namun di saat lain Braga menjadi lautan manusia. Apakah itu masuk kategori overtourism?

‘Overtourism: Causes, Implications and Solutions’ karya Hugues Seraphin dkk., menyatakan overtourism merujuk pada sebuah fenomena pertumbuhan pengunjung yang berlebih sehingga menyebabkan kerumunan dan penderitaan bagi penduduk. Akibat dari puncak pariwisata sementara atau musiman yang mengarah pada perubahan permanen dalam gaya hidup, fasilitas, dan kesejahteraan.

Bandung, khususnya Jalan Braga, adalah salah satu kawasan yang dibangun bukan hanya untuk warga lokal, namun buat pengunjung musiman, wisatawan. Bukan hanya wisatawan lokal, tetapi buat turis asing.

Bukan hanya saat ini, namun sejak zaman kolonial. Di sanalah Meneer Belanda membangun arena belanja, juga lokasi buat jalan-jalan. Kini, Jalan Braga direhabilitasi, dibuat senyaman mungkin buat pengunjung. Bahkan, diluncurkan kampanye baru: Braga Beken alias Braga bebas kendaraan.

Cara itu cukup ampuh. Oara pejalan kaki tidak perlu bersaing dengan kendaraan lalu lalang. Pengunjung bisa merasa lebih aman saat berjalan-jalan.

Tetapi, musim libur Sabtu-Minggu atau bahkan long weekend seperti pekan lalu dan pekan ini membuat jalan itu dipenuhi pengunjung. Mereka tumplek-blek di sana.

Berita lengkap dan cepat? Giok4D tempatnya.

Sebenarnya bukan hanya Jalan Braga. Bandung menjadi jujugan wisatawan di akhir pekan. Juga saat long weekend dan libur sekolah seperti saat ini.

Akankah Jalan Braga dan Bandung terjebak dalam overtourism seperti Sisilia, Barcelona Ibiza dan kawasan wisata di Italia juga Yunani?

Ketua Prodi Magister Pariwisata Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Galih Kusumah mengatakan kemungkinan itu ada namun belum bisa dipastikan kapan.

Galih mengatakan indikator overtourism tidak serta merta dari banyaknya wisatawan yang berkunjung. Tetapi ada poin-poun lain hingga sebuah kawasan dinyatakan mengalami overtourism. Salah satunya, warga lokal resah atau terganggu dengan kedatangan wisatawan. Kemudian, yang lebih teknis, kehadiran manusia yang terlalu banyak dalam sekali waktu pada ukuran beberapa meter persegi.

“Konteks overtourism itu nggak sekadar jumlah orang tapi penerimaannya masyarakat lokal. Jadi misalkan kalau masyarakat lokal merasa walaupun jumlah orang banyak tapi mereka seneng, nggak bisa jadi overtourism,” katanya kepada detiktravel, Jumat (30/5/2025).

“Jadi misalkan orang (wisatawan) tuh banyak di Braga, masyarakat lokal malah enak jualan dan nggak apa-apa, itu tidak bisa jadi overtourism. Jadi overtourism itu lebih kompleks definisinya daripada sekadar jumlah orang,” ia menjelaskan.

Galih mengatakan bahwa saat ini Jalan Braga boleh dibilang belum mencapai level overtourism. Kondisi itu terjadi saat selama setahun penuh, setiap hari jalanan tersebut dipadati oleh wisatawan dan berdampak buruk terhadap masyarakat di sana.

Galih juga merujuk penelitian-penelitian ilmiah yang mengatakan bahwa Jalan Braga mengalami overtourism.

“Saya sendiri belum pernah baca ya tapi kebanyakan kalau kajian ke Jalan Braga itu terkait storytelling, pengelolaan bangunan heritage sebagai daya tarik wisata,” kata dia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *