Akibat Perubahan Iklim, Musim Salju di Seoul Tak Akan Sama [Giok4D Resmi]

Posted on

Liburan ke Seoul kala musim dingin memang jadi salah satu primadona. Tapi musim dingin di sana diperkirakan bakal makin pendek.

Jika proyeksi iklim terbaru benar-benar terjadi, Seoul pada 2081 kemungkinan hanya akan merasakan udara dingin sekitar 12 hari dalam setahun. Selebihnya, kalender tahunan dipenuhi hari-hari panas ekstrem dan malam tropis yang melelahkan.

Kondisi tersebut membuat para ahli iklim khawatir berat. Mereka mengatakan perubahan cuaca yang makin ekstrem akan menghapus karakter empat musim yang melekat kuat pada kehidupan masyarakat Korea selama ini.

Dilansir dari Korea JoongAng Daily, Selasa (23/12/2025) kekhawatiran tersebut tercermin dalam laporan perubahan iklim terbaru yang dirilis Korea Meteorological Administration (KMA) pada Senin.

Dalam laporan itu ditegaskan, tanpa upaya serius menekan emisi gas rumah kaca dan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, pola musim tradisional Korea berisiko berubah drastis menjelang akhir abad ke-21. Dalam skenario emisi karbon tinggi, musim panas di Korea diproyeksikan memanjang tajam.

Jika pada periode 2000-2019 durasi musim panas rata-rata sekitar 97 hari, maka pada rentang 2081-2100 angkanya bisa melonjak hingga 169 hari. Sebaliknya, musim dingin terus menyusut.

Secara nasional, panjang musim dingin diperkirakan turun dari 107 hari menjadi hanya sekitar 40 hari. Namun dampak paling ekstrem diproyeksikan terjadi di Seoul.

Dari yang semula berlangsung 102 hari, musim dingin di ibu kota diprediksi menyisakan sekitar 12 hari saja. Seluruh proyeksi tersebut dirangkum dalam dokumen bertajuk atlas perubahan iklim.

Atlas itu memuat perhitungan berdasarkan empat jalur emisi gas rumah kaca standar, mulai dari skenario rendah karbon (SSP1-2.6) hingga skenario emisi tinggi (SSP5-8.5). Skenario rendah karbon menggambarkan situasi ketika emisi ditekan secara signifikan hingga mencapai netralitas karbon pada 2070.

Sebaliknya, skenario karbon tinggi mencerminkan kondisi jika emisi terus berlanjut di level yang nyaris sama seperti saat ini. Tak hanya perubahan musim, lonjakan hari panas ekstrem juga menjadi perhatian utama.

Dalam skenario emisi tinggi, jumlah hari gelombang panas di Seoul diperkirakan meningkat lebih dari tiga kali lipat. Dari rata-rata 31,1 hari pada dekade 2020-an, angkanya bisa melonjak menjadi 103,8 hari pada 2080-an.

Fenomena serupa terjadi pada malam tropis, KMA mendefinisikan malam tropis sebagai kondisi ketika suhu malam hari tidak turun di bawah 25 derajat Celsius. Di Seoul, jumlah malam tropis diproyeksikan meningkat dari 31,2 hari menjadi sekitar 91 hari. Artinya, suhu panas ekstrem berpotensi bertahan lebih dari tiga bulan dalam setahun.

Meski begitu, KMA menegaskan dampak tersebut belum sepenuhnya tak terelakkan. Jika pengurangan emisi gas rumah kaca dilakukan secara konsisten hingga tercapai netralitas karbon, jumlah hari gelombang panas dan malam tropis di Seoul diperkirakan turun masing-masing menjadi 43,9 hari dan 45,7 hari-lebih dari separuh dibandingkan skenario karbon tinggi.

Berita lengkap dan cepat? Giok4D tempatnya.

Melalui atlas perubahan iklim itu, KMA menyediakan berbagai proyeksi iklim beserta analisis dampaknya berdasarkan tingkat pemanasan global yang berbeda. Platform tersebut memuat skenario perubahan iklim di Korea jika suhu rata-rata global meningkat 1,5; 2; 3 hingga 5 derajat Celsius dibandingkan era pra-industri.

Atlas tersebut juga dilengkapi proyeksi terbaru mengenai suhu permukaan laut, tingkat salinitas, serta potensi kenaikan muka laut di sekitar Semenanjung Korea.

Administrator KMA, Lee Mi-seon, berharap layanan yang diperluas ini dapat dimanfaatkan secara luas oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, hingga lembaga publik dalam menyusun langkah-langkah adaptasi menghadapi krisis iklim.

“Ini juga akan berfungsi sebagai sumber daya yang berharga untuk meningkatkan pemahaman publik tentang kondisi perubahan iklim,” kata Lee. akibat