AS Mulai Ditinggal Turis, Kerugian Besar Sektor Pariwisata Membayangi

Posted on

Amerika Serikat (AS) perlahan kehilangan daya tarik di mata turis mancanegara. Jumlah kunjungan menurun, imbasnya muncul potensi kerugian bagi industri pariwisata, bahkan diperkirakan mencapai triliunan rupiah tahun ini.

Nggak main-main, AS diprediksi kehilangan sekitar USD 12,5 miliar (setara lebih dari Rp 200 triliun) dari belanja wisatawan asing pada 2025.

Prediksi tersebut diungkapkan oleh World Travel and Tourism Council (WTTC). Badan itu mengatakan kerugian itu salah satunya imbas kebijakan imigrasi ketat di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump.

Dilansir dari CNA, Sabtu (17/5/2025) dari laporan yang disusun bersama Oxford Economics, AS menjadi satu-satunya negara yang akan mengalami penurunan pengeluaran wisatawan asing di tahun ini.

Jumlah belanja dari turis mancanegara diperkirakan hanya akan mencapai USD 181 miliar (Rp 2.896 triliun) atau turun sekitar 22,5% dibandingkan puncaknya satu dekade lalu.

WTTC, yang anggotanya dari berbagai perusahaan besar di industri perjalanan global, menyebut dampak ini sangat serius.

“Ini adalah pukulan telak bagi ekonomi AS, dampaknya menyebar ke masyarakat, pekerjaan, dan bisnis dari ujung timur ke barat,” tulis mereka dalam pernyataan resmi.

Sementara itu, Presiden WTTC, Julia Simpson, juga menyuarakan keprihatinannya terhadap situasi yang terjadi. Ia menilai Pemerintah Amerika Serikat perlu segera turun tangan untuk menyelamatkan sektor pariwisata.

“Negara lain sedang menggelar karpet merah untuk menyambut wisatawan, tapi Pemerintah Amerika Serikat justru memberi kesan ‘kami tutup’,” ujarnya.

Di bawah Pemerintahan Donald Trump, AS memang melakukan pendekatan yang keras terhadap imigrasi ilegal. Ditambah dengan berbagai pernyataan politik yang kontroversial dan kebijakan tarif terhadap barang asing membuat banyak konsumen di luar negeri yang memutuskan untuk memboikot produk-produk Amerika.

Bahkan, beberapa di antaranya mulai menghindari bepergian ke Negeri Paman Sam. Simpson juga menyampaikan bahwa rasa takut menjadi alasan utama sebagian orang enggan datang ke AS.

“Ada kekhawatiran soal visa, apakah mereka sudah mengurusnya dengan benar atau takut ditahan tanpa alasan. Ini membuat banyak orang ragu,” kata dia seperti dikutip CNA dari New York Times.

Data dari Departemen Perdagangan Amerika Serikat memperkuat prediksi itu. Pada Maret 2020, tercatat penurunan tajam jumlah wisatawan dari berbagai negara. Kunjungan dari Inggris dan Korea Selatan turun hampir 15%, sementara penurunan lebih dari 20% terjadi pada turis dari Jerman, Irlandia, dan Spanyol.

Dari Kanada pun tak jauh berbeda, pemesanan liburan awal musim panas turun hingga 20%, sebuah angka yang cukup mengkhawatirkan.

“Ini bukan penurunan biasa. Ini tanda bahaya. Amerika Serikat semakin kehilangan daya tariknya, bahkan dari negara-negara tetangga, apalagi yang jauh,” ulas WTTC.

Menariknya, saat kunjungan dari luar negeri menurun, warga Amerika Serikat justru semakin sering bepergian ke luar. Hal itu justru memperburuk kondisi karena uang wisata malah dibelanjakan di luar negeri, bukan di dalam negeri.

Padahal, sektor pariwisata memegang peran besar dalam ekonomi Amerika. Pada 2024, sektor itu menyumbang sekitar USD 2,6 triliun dan menopang lebih dari 20 juta lapangan kerja, serta menghasilkan USD 585 miliar pendapatan pajak, hampir 7% dari total penerimaan negara.