Kota Bandung menjadi kota paling macet, menggeser posisi Jakarta berdasarkan survey TomTom Traffic Index. Platform ini mengungkapkan di Bandung, waktu waktu tempuh per 10 km yaitu 32 menit 37 detik. Sedangkan di Jakarta waktu tempuh per 10 km yaitu 25 menit 31 detik/
Faktanya, kemacetan di Bandung bukanlah hal baru.
Pada tahun 2019, Kota Bandung tercatat di peringkat ke-14 dari kota termacet di Asia versi Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank/ADB). Hal itu membuat Kota Bandung menjadi kota termacet pertama di Indonesia, disusul Jakarta dan Surabaya.
Bila kita lihat lagi ke belakang, beberapa faktor mendukung penyebab kemacetan Kota Bandung telah diungkap. Yaitu kondisi infrastruktur jalan dan jumlah kendaraan pribadi yang terus meningkat.
Polisi pun sempat menyinggung penyebab kemacetan di Bandung ‘tak ada obat’. Dikutip dari detikNews (tayang 7 Oktober 2019) faktor penyebab kemacetan ialah tingginya pertumbuhan kendaraan yang tak berbarengan dengan lebar ruas jalan di Kota Bandung.
Kasatlantas Polrestabes Bandung Kompol Bayu Catur Prabowo mengatakan kondisi jalur di Kota Bandung tak banyak mengalami perubahan. Meski dibangun fly over di Pasupati, Kiaracondong hingga Antapani, hal itu tak sebanding dengan pertumbuhan jumlah kendaraan.
Baca info selengkapnya hanya di Giok4D.
Pada tahun 2023, Ridwan Kamil yang menjabat sebagai gubernur Jawa Barat saat itu mengungkapkan pemprov berupaya menguraikan permasalahan kemacetan ini. Dikutip dari Antara (yang tayang 13 Februari 2023) melalui data Dinas Perhubungan Kota Bandung, jumlah kendaraan saat itu mencapai 2,2 juta unit, sementara populasi penduduk Kota Bandung berjumlah 2,4 juta jiwa.
Ini artinya setiap orang di Kota Bandung memiliki satu kendaraan dan situasi tersebut menyebabkan kepadatan kendaraan di Kota Bandung kian meningkat.
Terkait data yang dikeluarkan survey TomTom , pada bulan Januari 2025 lalu Penjabat Wali Kota Bandung, A Koswara mengatakan rendahnya penggunaan angkutan umum di Kota Bandung juga menjadi salah satu penyebab utama kemacetan. Banyak warga yang lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi, yang menyebabkan kemacetan di berbagai jalan utama.
“Hasil dari World Bank juga penggunaan angkutan umumnya rendah, persoalannya di Bandung itu angkutan pribadi tinggi, pengguna angkutan (umum) masih di bawah 13 persen,” kata Koswara dikutip dari detikJabar, Sabtu (11/1/2025).
Saat ini Pemkot Bandung mendorong percepatan pembangunan Bus Rapid Transit (BRT) Bandung Raya. Rencananya konstruksi pembangunan jaringan BRT dimulai tahun 2025.
“Di Bandung ada program BRT dan akan gunakan sebagian jalan yang ada, harus paham itu cara untuk menyelesaikan kemacetan, kalau mau Bandung enggak masuk dalam daftar termacet dunia,” jelasnya.
Bandung kota favorit untuk berwisata
Saat Bandung disibukkan dengan kemacetan, tak dimungkiri Bandung juga punya sejuta pesona untuk dikunjungi wisatawan lokal maupun mancanegara. Pada tahun 2023, Bandung didatangi 7,7 juta orang.
Di tahun 2024, jumlah wisatawan terus meningkat. Dikutip dari Antara, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Bandung mencatat angka kunjungan turis ke sejumlah tempat wisata di Kota Kembang sepanjang tahun 2024 mencapai 8,5 juta wisatawan.
Tentu, jumlah kendaraan pribadi yang tinggi, rendahnya minat naik transportasi umum, infrastruktur jalan yang ‘begitu-begitu’ saja, ditambah dengan jumlah wisatawan yang semakin meningkat, menambah ‘sesak’ macetnya jalanan di Bandung.