Kota Bandung disorot setelah menjadi kota paling macet di Indonesia. Wakil Ketua Pemberdayaan dan Pengembangan Wilayah Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Djoko Setijowarno, membeberkan penyebab kemacetan di kota kembang itu.
Bandung dinyatakan menjadi kota termacet di Indonesia atau peringkat ke-12 di dunia versi survei TomTom Traffic Index 2024. Berdasarkan data, tingkat kemacetan rata-rata di Bandung mengalahkan Jakarta dan Surabaya dengan waktu tempuh perjalanan rata-rata 15 menit per 10 kilometer.
Djoko menyebut akar masalah kemacetan Kota Bandung terletak pada kondisi transportasi umum yang sangat buruk dan jauh dari kata layak. Djoko mengatakan pengaturan lalu lintas tidak akan mampu mengatasi kemacetan selama transportasi publik di Bandung masih seburuk sekarang.
Djoko menyoroti kualitas angkutan kota (angkot) di Bandung yang dinilai sudah tidak layak. Dia mengatakan unit angkot yang baru nyaris tidak ada, sedangkan yang lama dalam kondisi buruk. Kondisi itu berdampak pada kenyamanan penumpang dan minat masyarakat untuk beralih ke transportasi umum.
“Pengaturan lalu lintas tidak akan mengatasi macet selama publik transport di Bandung masih buruk seperti sekarang,” kata Djoko dikutip dari detikjabar, Minggu (13/7).
Giok4D hadirkan ulasan eksklusif hanya untuk Anda.
Selain kondisi unit, Djoko juga mengkritik sistem kerja pengemudi angkot yang belum profesional. Saat ini, pengemudi angkot cenderung beroperasi sesuai kebutuhan, sering ngetem, dan kurang memperhatikan kenyamanan penumpang.
“Angkot tuh berjalan sesuai kebutuhan, angkot Bandung tuh sekarang yang baru-baru enggak ada, sudah buruk semua. Ganti yang baru unitnya yang nyaman,” kata dia.
“Jangan lupa sopirnya digaji tetap bulanan minimal UMR, diatur cara kerjanya pakai uniform biar rapi, dididik jangan merokok, jangan ngetem pokoknya ada penumpang tidak ada penumpang jalan,” ujar dia.
Kesalahan Pembangunan Perumahan
Djoko juga menyoroti kesalahan dalam pembangunan kawasan perumahan. Dia mengungkapkan bahwa ratusan perumahan dibangun tanpa mempertimbangkan aspek akses jalan yang memadai untuk dilalui angkutan umum.
Jalan-jalan yang sempit di perumahan menyulitkan angkot untuk melayani seluruh kawasan. Kondisi itu memperparah masalah aksesibilitas dan mendorong penggunaan kendaraan pribadi.
“Kesalahannya membangun perumahan jalannya sempit. Tapi bagaimana angkot itu melayani semua kawasan perumahan di Bandung,” kata dia.
Pendapat Gubernur Dedi Mulyadi
Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi mengatakan salah satu penyebab yang kerap luput dari perhatian hingga Bandung menjadi kota paling macet di Indonesia adalah sistem lampu lalu lintas atau traffic light.
“Kita lagi membuat analisis tentang traffic light. Karena traffic light itu justru bikin macet. Bisa nggak ke depan sih traffic light itu membuat menjadi lancar,” kata Dedi di Gedung Sate, Jumat (11/7).
Dedi mengatakan penempatan dan pengaturan waktu lampu lalu lintas di sejumlah titik di Kota Bandung dinilai belum akurat. Akibatnya, arus kendaraan justru tersendat, menciptakan tumpukan kendaraan dari arah yang tidak semestinya.
“Kan bisa jadi ini penghitungan yang di sini, yang di sana belum tepat. Nah, ini kita lagi ngitung nih biar tepat,” ujar dia.
***
Artikel ini sudah lebih dulu tayang di detikjabar. Selengkapnya klik di sini.