United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) telah mengganjar Geopark Kaldera Toba dengan kartu kuning akibat pengelolaan yang kurang maksimal.
Diberikan peringatan oleh UNESCO itu diberikan sejak tahun 2023 yang ancamannya akan mencabut status Geopark Kaldera Toba dan UGG (UNESCO Geopark Global). Dan nantinya di tanggal 15 Juli mendatang tim penilai dari UNESCO akan kembali untuk menilai ulang kawasan itu.
Dewan Pakar GSN (Gerakan Solidaritas Nasional) Bidang Pariwisata, Taufan Rahmadi, menyatakan situasi ini merupakan situasi yang sangat krusial. Karena selain berpengaruh pada wajah pariwisata Indonesia, konservasi lingkungan hingga berdampak pada ekonomi lokal.
Oleh karena itu pengelolaan yang lebih baik di Geopark Kaldera Toba (luas nya geopark terdaftar UNESCO dan non UNESCO) perlu dilakukan untuk pengaruh lebih baik ke depannya. Selain itu lebih luas, Taufan mengatakan respon cepat dan evaluasi adalah langkah awalnya.
“Pentingnya kementerian terkait, Kementerian Pariwisata, Kementerian PUPR, LHK, seluruhnya yang terkait juga ESDM itu mengevaluasi. Terjadi evaluasi nasional terhadap situs-situs UNESCO yang ada di Indonesia, bikin sistem pemantauan yang berkala, monitoring dan evaluasi itu harus kuat untuk seluruh geopark atau situs warisan UNESCO,” ucapnya kepada detikTravel, Senin (19/5/2025).
“Terus respon cepat ya. Ketika ada krisis, pencegahan krisis. Jika ada indikasi pelanggaran, kita harus cepat merespon itu, bertindak tegas sebelum UNESCO memberikan peringatan,” ia menegaskan.
Selain itu, Taufan juga mengingatkan bahwa penting untuk adanya anggaran khusus, alasannya untuk memitigasi krisis jika terjadi sesuatu pada situs-situs tersebut.
Dikutip dari Antara, General Manager TCUGGp (Badan Pengelola Toba Caldera UNESCO Global), Azizul Kholis, mengatakan dengan waktu yang mepet ini, pihaknya harus fokus untuk menyelesaikan apa yang menjadi rekomendasi dari UNESCO.
“Kami berharap revalidasi ini tidak hanya mengembalikan status Green Card, tapi juga jadi momentum untuk memperkuat pariwisata berkelanjutan di Danau Toba,” ujar Azizul.
Pengakuan dari UNESCO merupakan sebuah jalan lebar untuk memperkenalkan potensi besar wisata alam dan budaya yang ada di Sumatera Utara secara berkelanjutan.
Dan sebagai informasi, saat ini Indonesia memiliki 12 geopark yang terdaftar di UNESCO: Geopark Gunung Batur, Belitong, Ciletuh, Gunung Sewu, Rinjani Lombok, Kaldera Toba, Raja Ampat, Maros-Pangkep, Merangin, Ijen, Kebumen, dan Geopark Meratus.