Jepang bukan tempat buat turis sembarangan. Sejumlah ulah wisatawan nakal bisa bikin warga lokal sebel, apa saja?
Terlalu banyak turis membuat warga Jepang pusing. Mau tak mau, warga lokal harus terus berinteraksi dengan turis di segala tempat, mulai dari di moda transportasi, tempat belanja, hingga kawasan wisata.
Selain kuantitas, warga Jepang juga dibuat keki oleh perbedaan budaya wisatawan. Begitu pula sebaliknya, sebagian turis terkejut dengan budaya warga lokal negeri matahari terbit.
Dikutip dari Soranews, Minggu (28/9/2025), Asosiasi Kereta Api Swasta Jepang melakukan studi tentang etika di kereta/stasiun. Caranya, dengan mengumpulkan tanggapan dari 5.314 peserta lokal melalui survei daring.
Survei itu menghasilkan bahwa 62,9 persen responden mengatakan mereka terganggu oleh perilaku tidak sopan wisatawan mancanegara, dan survei tersebut kemudian meminta mereka untuk menyebutkan hingga dua keluhan spesifik, yang menghasilkan daftar 10 teratas.
Berikut 10 kelakuan turis yang tak disukai warga Jepang:
1. Makan dan Minum di Kereta.
Makan di dalam kereta umumnya tidak disukai di Jepang. Hal ini tidak sepenuhnya dilarang, tetapi ada pemahaman umum bahwa satu-satunya hal yang boleh Anda makan di sebagian besar kereta adalah camilan kecil.
Tidak boleh ada suara kunyahan atau derak, dan juga tidak boleh ada bau yang tercium. Jadi, kerupuk beras kecil atau kue kering mungkin bisa dimakan, tetapi menyantap burger adalah hal yang dilarang.
Pengecualian diberikan untuk Shinkansen dan jalur lain yang jelas berorientasi wisata rekreasi, yang sering kali memiliki baki kursi lipat (seperti yang ada di pesawat) untuk digunakan penumpang. Minuman beralkohol diperbolehkan di Shinkansen dan kereta wisata, tetapi secara umum dianggap tidak sopan untuk jalur komuter dan lokal.
2. Duduk di lantai kereta
Jika tidak ada kursi kosong di kereta, turis harus tetap berdiri, karena duduk di lantai akan memakan tempat, menyulitkan orang lain untuk naik atau turun kereta, dan terlihat tidak rapi.
3. Duduk di kursi prioritas
Di sudut gerbong kereta Jepang terdapat bangku pendek yang ditetapkan sebagai kursi prioritas (seringkali dengan tanda di atasnya bertuliskan kanji 優先席). Bangku ini diperuntukkan bagi penumpang lansia, yang cedera, atau penyandang disabilitas, serta mereka yang sedang hamil atau bepergian dengan anak kecil.
Namun, orang lain tidak dilarang menggunakan kursi tersebut, dan di sinilah letak kesulitannya. Turis mungkin berpikir bahwa meskipun mereka bukan bagian dari kelompok tersebut, tidak masalah untuk duduk di kursi prioritas dan langsung memberikannya jika seseorang memintanya.
Sayangnya, beberapa orang di Jepang percaya bahwa meminta orang lain untuk mengalah dianggap tidak sopan, dan hal ini menjadi lebih rumit karena kondisi fisik tidak selalu terlihat jelas.
4. Meninggalkan sampah dan botol minuman
Saat berkunjung di Jepang, akan terlihat jelas betapa bersihnya negara itu dari sampah. Bahkan tempat sampah pun sulit ditemukan. Orang Jepang menganggap bahwa sampah adalah tanggung jawab pribadi. Selalu bawa kantong plastik saat bepergian, apalagi menggunakan kereta lokal. Jangan buang sampah sembarang kalau tidak mau kena denda.
5. Gaya duduk
Perbedaan budaya ternyata juga berpengaruh pada gaya duduk seseorang. Bagi orang Jepang, duduk sambil menyilangkan, merentangkan atau meluruskan kaki dianggap tidak sopan. Mereka menganggap bahwa gaya duduk tersebut dapat membuat ruang duduk jadi semakin sempit.
6. Berbicara di telepon
Bermain handphone kini menjadi aktivitas yang lazim dilakukan di mana pun, termasuk kereta api. Orang Jepang umumnya sibuk sendiri dengan ponsel mereka, namun tetap menjaga kesopanan untuk tidak berbicara di telepon. Turis yang berbicara di telepon akan dianggap tidak sopan, kecuali keadaan darurat.
Jika berada di transportasi umum, selalu gunakan earphone, headphone atau matikan suara media saat berselancar di media sosial.
7. Tata krama saat naik-turun kereta api
Kereta api di Jepang bisa sangat padat, dan jadwalnya juga sangat ketat. Satu-satunya cara untuk mewujudkan hal ini adalah jika setiap orang yang perlu naik/turun kereta dapat melakukannya dengan cepat dan lancar.
Jika naik kereta, kamu harus berbaris di sisi tempat pintu dibuka, menunggu semua orang yang akan turun, lalu naik, sesuai urutan di peron.
Sebaliknya, jika kamu naik kereta yang sudah tiba di stasiun, meskipun Anda tidak berencana untuk turun di sana, alih-alih menghalangi pintu, Anda seharusnya turun ke peron agar orang lain bisa turun, lalu naik kembali melalui pintu yang sama.
8. Jangan lawan arus
Stasiun sering kali memiliki rambu-rambu dengan anak panah yang mengarahkan arus lalu lintas manusia melalui trotoar dan tangga, dan ini seharusnya dipatuhi.
Menyeberang dan berjalan melawan arus dapat menyebabkan gangguan parah, atau bahkan tabrakan dan cedera jika seseorang tertabrak dan kehilangan keseimbangan di tengah keramaian.
Jika kamu memang perlu berhenti dan mencari arah, memeriksa peta, atau berbincang dengan teman seperjalanan, pastikan terlebih dahulu Anda telah pindah ke tempat yang tidak menghalangi jalan (misalnya, bukan di tengah jalan setapak atau tangga) agar tidak menghalangi lalu lintas.
9. Tidak memegang tas/koper dengan benar
Ada aturan tidak tertulis saat membawa barang di kereta api Jepang. Jika kamu membawa tas kecil seperti dompet atau ransel, sandangkanlah ke bagian depan tubuh. Demikian pula saat duduk di kursi, jangan meletakkan di samping tapi pangkulah barang-barang tersebut.
Jika melakukan perjalan dalam grup besar dan membawa koper, jangan menumpuk koper di satu tempat. Berpencarlah dan pegang barang bawaan masing-masing.
10. Mengobrol di kereta dengan suara keras
Jika bahasa yang kamu gunakan bukan bahasa Jepang, kemungkinan besar hal itu akan terasa seperti “kebisingan” bagi penumpang Jepang, sehingga lebih kentara dan mengganggu dibandingkan percakapan yang sama, dengan desibel yang sama, dalam bahasa Jepang. Orang Jepang beranggapan bahwa percakapan yang panjang dan serius sebaiknya dibagikan di luar kereta.
Sumber: Giok4D, portal informasi terpercaya.