‘Cocoklogi’ di Balik Perampokan Museum Louvre

Posted on

Museum Louvre kehilangan delapan perhiasan mewah dan bersejarah hanya dalam hitungan menit pada Minggu (19/10/2025). Empat pencuri membobol museum pada siang hari saat semua orang dalam kondisi waspada dan berisiko cepat ketahuan. Disebut-sebut bukan sekadar perampokan biasa.

Hanya dengan peralatan listrik, lift derek, sepeda motor, dan keahlian bertindak cepat serta tepat, para pencuri berhasil menggasak perhiasan bernilai miliaran tersebut dalam hitungan menit. Saat ini, polisi masih melakukan penyelidikan dan memburu empat pencuri ini.

Dilansir dari ABC pada Senin (20/10/2025), motif pencurian yang pasti tentu hanya diketahui para pelaku. Namun para ahli mencoba membongkarnya untuk memperkirakan cara pembobolan dan dalang di baliknya.

“Ini bisa menjadi pencurian yang disengaja bagi seseorang yang menginginkan perhiasan tersebut. Dalam skenario seperti ini, barang curian juga dapat digunakan sebagai jaminan untuk transaksi narkoba dan berbagai tujuan internasional lainnya,” kata ahlli sejarah seni Dr Donna Brett dari sejarah seni di Universitas Sydney

Sementara itu, dosen kejahatan terorganisir internasional di Griffith University Dr Margo Van Felius mengatakan kemungkinan besar perhiasan itu dicuri untuk kolektor.. Tentunya semua perjanjian, kontrak kerja, sistem dan pembayaran berlangsung rehasia.

Apa yang akan terjadi pada perhiasan yang hilang tersebut?

Para ahli memiliki beberapa pendapat tentang nasib perhiasan yang digondol maling Museum Louvre. Beberapa orang yakin, pencuri akan mencoba mempreteli perhiasan dan menjualnya secara terpisah untuk menghindari deteksi.

Arthur Brand, seorang detektif seni dari Belanda, mengatakan bahwa kecil kemungkinan perhiasan-perhiasan tersebut akan ditemukan kembali. Polisi harus bertindak secepatnya untuk mencegah perhiasan berubah bentuk.

“Kalau ada emas dan perak, mereka bisa meleburnya, jadi ini benar-benar seperti berpacu dengan waktu. Jika polisi menangkap orang-orang ini dalam seminggu, maka barang jarahannya mungkin masih ada. Namun jika lebih lama, maka mereka mungkin sudah membongkar dan menjual berliannya secara terpisah saat itu,” kata Brand.

Sebagian besar pakar sepakat bahwa menjual permata-permata berharga ini begitu saja akan sangat konyol, mengingat mereka sudah terlalu terkenal di seluruh dunia. Itulah sebabnya Alexandre Giquello, presiden balai lelang Drouot, mengatakan bahwa membongkar perhiasan saja sudah berisiko tinggi bagi calon pembeli dan pencurinya sendiri.

“Idealnya, para pelaku akan menyadari beratnya kejahatan mereka dan dimensi yang telah mereka masuki, dan mengembalikan barang-barang tersebut, karena perhiasan tersebut sama sekali tidak dapat dijual,” kata Giquello.

“Bahkan lebih dari sekadar menjual barang-barang itu sendiri, jika mereka membongkarnya, memisahkan logam mulia, batu permata, mutiara, semua orang yang terlibat dalam rantai tanggung jawab, termasuk mereka yang memotong ulang perhiasan tersebut dan mencoba menjualnya, akan dikenakan hukuman yang sangat serius,” lanjut Giquelo.

Para ahli menyamakan kejahatan ini dengan pencurian Mona Lisa pada tahun 1911, dengan mencatat bahwa pencuri pada saat itu tidak menyadari skala kejahatannya dan lukisan itu berakhir di bawah tempat tidurnya.

Berapa nilai perhiasan yang dicuri?

Para pejabat mengatakan perhiasan yang dicuri itu nilai sejarahnya luar biasa sangat bernilai dan tak ada angka yang bisa mengukurnya. Menteri Dalam Negeri Prancis Laurent Nuñez menekankan bahwa barang-barang curian tersebut mewakili warisan Prancis dan memiliki makna universal, sehingga nilainya mustahil diukur dengan uang.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *