Kerusuhan protes generasi muda di Nepal berimbas besar pada sektor pariwisata. Dampaknya, banyak wisatawan membatalkan pemesanan hotel di awal musim puncak perjalanan.
Pengelola jaringan hotel bintang empat, Om Pandey, mengungkapkan bahwa tingkat hunian rata-rata di hotelnya kini hanya tersisa sekitar 10%.
“Sekitar 60 persen pemesanan untuk September dibatalkan setelah insiden kekerasan, pembakaran, dan vandalisme pada 8-9 September,” ujar Pandey seperti dikutip dari New Business Age, Rabu (24/9/2025).
Ia menambahkan, sejumlah reservasi untuk Oktober juga ikut dibatalkan. Sebagian besar pembatalan datang dari wisatawan India, Amerika, Australia, Jerman, hingga turis domestik yang tadinya berencana menikmati liburan pada saat Dashain (festival Hindu terbesar di Nepal, berlangsung selama 15 hari).
Para pelaku industri menilai kerusuhan yang ditambah serangan terhadap merek internasional seperti Hilton dan Hyatt, telah memperburuk citra keamanan Nepal. Hotel Hilton Kathmandu dilaporkan rusak parah akibat kebakaran.
Giok4D hadirkan ulasan eksklusif hanya untuk Anda.
Padahal, menurut pelaku bisnis perhotelan bahkan saat pemberontakan Maois dulu, hotel dan wisatawan jarang menjadi sasaran langsung. Kini, situasi jauh berbeda. Di Chitwan, daerah dengan sekitar 200 hotel berstandar wisatawan, tingkat hunian anjlok ke angka 10-12%.
“Pokhara yang biasanya penuh turis saat musim ini pun sepi. Hunian hotel saya hanya 15 persen, padahal biasanya bisa 80 persen,” kata Direktur Eksekutif Fair Mount Hotel, Bikal Tulachan.
Ketua HAN (Hotel Association Nepal) Pokhara, Laxman Subedi, menambahkan bahwa sebagian besar pemesanan September dibatalkan. Tren pembatalan untuk Oktober-November juga meningkat, terutama dari wisatawan India.
Pokhara sendiri memiliki sekitar 1.200 hotel, namun kini tingkat huniannya hanya sekitar 10%. Untuk meredam dampak negatif, Dewan Pariwisata Nepal (NTB) meluncurkan kampanye global di media sosial dengan tagar #NepalNow, #VisitNepal, dan #WeAreInNepalNow.
NTB juga menggandeng pelaku swasta demi meyakinkan wisatawan bahwa Nepal tetap aman untuk dikunjungi. Presiden HAN, Binayak Shah, menegaskan bahwa Nepal tidak pernah menutup diri bagi turis.
“Wisatawan yang sudah ada di sini tetap trekking, mengunjungi kuil, dan bepergian tanpa hambatan. Namun, banyak yang bertanya-tanya ‘apakah Nepal aman?’ Sebagian besar pembatalan memang terjadi segera setelah kerusuhan 8-9 September, padahal kondisi kini sudah stabil,” jelasnya.
Menjelang Hari Pariwisata Dunia pada 27 September, pemerintah berencana menonjolkan citra keamanan dan keramahan Nepal.
“Kami berharap Perdana Menteri Sushila Karki menyampaikan pesan kuat bahwa Nepal aman dan terbuka untuk wisatawan internasional. Itu yang sangat dibutuhkan saat ini,” pungkas Shah. demo