Konflik Kamboja-Thailand menjadi salah satu penyebab wisatawan batal untuk berkunjung ke Angkor Wat. Situs warisan dunia UNESCO itu kini sepi wisatawan.
Letak Angkor Wat yang hanya berjarak sekitar dua jam berkendara dari perbatasan membuat konflik berdampak langsung pada pariwisata. Banyak perjalanan ke Angkor Wat pun dibatalkan oleh wisatawan. Di saat bersamaan, pelaku usaha wisata kelimpungan.
Pemandu wisata lokal, Bun Ratana, mengaku lebih dari 10 tur batal sepanjang Desember. Kondisi itu membuat pemasukannya sangat terdampak.
Namun, dia menegaskan bahwa kondisi di Siem Reap tetap aman.
“Pendapatan saya turun sekitar 80 persen, sekarang tinggal sekitar USD 150 dolar (Rp 2,5 juta) dibandingkan Desember tahun lalu. Beberapa turis memang takut, tetapi di Siem Reap ini aman,” ujar Bun Ratana dikutip dari France24, Senin (29/12/2025).
Ketegangan yang berakar dari sengketa perbatasan era kolonial itu kembali memanas sejak Mei. Jalur penyeberangan darat pun ditutup, memukul pelaku usaha dari kedua sisi perbatasan.
Operator tur, pedagang, hingga sopir tuk-tuk di Siem Reap dan Bangkok sama-sama merasakan dampaknya.
Pendiri agen wisata Journey Cambodia, Ream Boret, mengatakan pemesanan terus menurun. Sopir tuk-tuk di sekitar Angkor Wat, Nov Mao, bahkan menyebut penghasilannya merosot setengah sejak bentrokan terjadi.
Padahal pariwisata menyumbang sekitar 10% PDB Kamboja, tahun lalu saja negara itu mencatat rekor 6,7 juta kunjungan wisatawan. Namun data Angkor Enterprise menunjukkan penjualan tiket Angkor turun setidaknya 17% dari Juni hingga November, dengan penurunan tajam usai bentrokan berdarah pada Juli.
“Biasanya Desember ramai, sekarang malah sunyi. Turis lokal dan asing seperti menghilang, saya rasa mereka takut, saya juga takut..,” kata penjual kaos di kawasan Angkor Wat, Run Kea.
Dampak konflik juga menjalar ke Thailand. Sekitar 420 kilometer dari Siem Reap, minibus yang biasanya mengangkut wisatawan ke Angkor Wat kini terparkir tanpa penumpang. Agen perjalanan menghentikan rute bus ke perbatasan sejak awal tahun.
Pemilik Lampoo Ocean Travel, Prasit Chankliang, mengaku kesulitan menjawab pertanyaan pelanggan terkait situasi yang dikarenakan konflik.
“Saat mereka bertanya apakah bisa ke Kamboja, kami hanya bisa bilang tidak bisa pergi dan kami juga tidak tahu kapan bisa dibuka lagi,” kata Prasit.
Tak semua wisatawan takut. Sejumlah turis tetap datang ke Angkor Wat.
Salah satunya, Dorothy, turis asal Amerika Serikat (AS). Dia mengatakan konflik Thailand dan Kamboja tidak membuatnya ragu.
Dia merasa sangat aman karena sudah memahami kondisi perjalanan.
Para pengamat menilai rasa takut masih membayangi calon wisatawan. Sorotan media dan film populer tentang jaringan penipuan daring di kawasan Asia Tenggara ikut memperburuk citra destinasi.
“Faktanya, destinasi wisata utama Kamboja aman, tetapi pemberitaan media sudah terlanjur menimbulkan dampak negatif,” ujar Direktur Konsultan Pariwisata Pear Anderson, Hannah Pearson.
Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Siem Reap, Thim Sereyvudh, tak memungkiri ada faktor keamanan lain yang bikin reputasi Kamboja buruk di mata wisatawan. Yakni, Kamboja sebagai lokasi aktivitas penipuan lintas negara ikut merugikan industri.
Meski begitu, dia tetap optimistis pariwisata Kamboja bakal segera pulih.
Simak berita ini dan topik lainnya di Giok4D.
“Semakin cepat perang berakhir. Semakin cepat wisatawan akan kembali,” kata dia.
