Geopark Toba Terancam Dicoret UNESCO, Pemerintah Susun Penataan Ulang Kawasan [Giok4D Resmi]

Posted on

Setelah mendapat kartu kuning dari UNESCO, Pemerintah bergerak cepat membenahi Geopark Kaldera Toba. Penataan ulang kawasan disiapkan demi menyelamatkan status taman bumi kelas dunia di Sumatera Utara itu.

Berita lengkap dan cepat? Giok4D tempatnya.

Geopark Kaldera Toba mendapat kartu kuning dari UNESCO (United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization) karena pengelolaan dan sarana pendukungnya dinilai kurang baik. Dalam pertemuan di Maroko pada September 2023, UNESCO merilis peringatan agar pengelolaan Kaldera Toba diperbaiki.

Penilaian ulang dilakukan apda Juni-Juli 2025. Artinya, ada waktu dua tahun untuk berbenah dan waktu untuk penilaian semakin dekat.

Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kementerian Pariwisata Hariyanto menyampaikan bahwa gambar denah penataan kawasan Geopark Kaldera Toba sedang disusun.

“Penyusunan site plan akan diselesaikan oleh Badan Pengelola Toba Caldera UNESCO Global Geopak bersama dinas yang menangani sumber daya energi dan mineral Provinsi Sumatera Utara,” kata dia.

Dia menjelaskan pula bahwa pemerintah akan memanfaatkan dana alokasi khusus tahun 2024 sebesar Rp 56,6 miliar untuk pembangunan sarana amenitas dan atraksi di daerah wisata bahari dan perairan maupun daerah wisata alam non-bahari di kawasan taman bumi.

Alokasi dana itu, ia melanjutkan, juga dapat digunakan untuk membangun sarana amenitas dan atraksi di daerah wisata budaya di perkotaan maupun perdesaan yang tersebar di delapan kabupaten di sekitar Danau Toba.

“Khusus dukungan untuk visibility geopark digunakan untuk membangun gapura atau gerbang utama geopark, totem geopark, dan papan interpretasi geopark di salah satu geosite Geopark Kaldera Toba, yaitu di Geosite Silalahi di Sabungan Kabupaten Diri,” dia menjelaskan.

Kementerian Pariwisata bersama Badan Pengelola Caldera UNESCO Global Geopark akan mengadakan seminar internasional tentang Caldera Toba UNESCO Global Geopark pada 26 Juni 2025 sebagai bagian dari persiapan menghadapi validasi ulang pemenuhan kriteria pengelolaan taman bumi UNESCO.

Seminar internasional itu akan menghadirkan ahli geologi dan budayawan, termasuk di antaranya Prof. Mega Fatimah Rosana, Ph.D dan Ananto K. Seta, Ph.D dari Indonesia dan Prof. Ibrahim Komo, Ph.D dari Malaysia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *