Glenmore menjadi salah satu tempat liburan favorit di Banyuwangi, Jawa Timur, bukan hanya saat ini tetapi sejak zaman Belanda. Kini, kawasan itu kian mudah dijangkau dengan kereta api.
Glenmore, nama yang tidak biasa dibandingkan dengan kawasan lain di Banyuwangi. Nama itu serupa dengan kota di Skotlandia dan Irlandia.
Dan, kedua memang memiliki benang merah. Nama itu digunakan berkaitan dengan laporan sejarah bahwa sekelompok orang Katolik Skotlandia yang mencari suaka di Belanda, kemudian dikirim ke Hindia Belanda dan membangun pemukiman sejak abad ke-18 di daerah Banyuwangi.
Pada awal abad ke-20, daerah itu juga memiliki perkebunan tembakau bernama “Glenmore” milik seorang berkebangsaan Inggris, Ros Taylor yang berdiri sejak tahun 1910. Saat ini, Kecamatan Glenmore memiliki luas wilayah 368,89 km².
Kawasan itu berhawa sejuk dengan berada di ketinggian sekitar 372 meter di atas permukaan laut itu. Wilayah itu dikelilingi oleh perkebunan yang membentang luas, sungai yang jernih, serta keramahan masyarakat yang membuat siapa pun betah berlama-lama.
Kombinasi banyak faktor itu membuat Glenmore menjadi lokasi healing sejak zaman kolonial hingga saat ini. Apalagi seiring dengan Banyuwangi yang membuka diri buat wisatawan.
Kini, Glenmore lebih mudah dijangkau. Mulai 11 Agustus hingga 30 September 2025, PT Kereta Api Indonesia (Persero) menambah enam perhentian baru pada KA Pandanwangi relasi Jember-Ketapang pulang pergi (pp), dan Stasiun Glenmore menjadi salah satunya.
Kebijakan itu diambil sebagai respons atas penutupan jalur nasional di kawasan Gumitir sekaligus membuka akses lebih mudah bagi wisatawan maupun masyarakat yang ingin menikmati keindahan Banyuwangi dan Jember.
Selain Glenmore, KA Pandanwangi kini juga berhenti di Stasiun Ledokombo, Sempolan, Garahan, Sumberwadung, dan Argopuro. Jalur ini menyuguhkan panorama hijau yang memanjakan mata sepanjang perjalanan, membuat waktu di atas kereta api menjadi bagian tak terpisahkan dari pengalaman berwisata.
Glenmore memiliki potensi angkutan yang menghubungkan kawasan wisata, sentra ekonomi perkebunan kakao/ bahan baku coklat, kopi, dan hortikultura, serta pemukiman di sekitarnya. Stasiun ini menjadi simpul transportasi yang mempermudah pergerakan masyarakat menuju pusat-pusat ekonomi di Banyuwangi dan Jember, sekaligus memperlancar distribusi hasil perkebunan ke pasar-pasar regional.
Perekonomian di Desa Sumbergondo yang berada di wilayah Glenmore secara fundamental bersifat agraris. Mayoritas penduduknya berprofesi sebagai petani, sekitar 54,91%. Namun dalam beberapa tahun terakhir, desa ini mulai beralih ke sektor pariwisata dengan memanfaatkan potensi sungai, sumber mata air, hutan wisata, serta situs religi, sejarah, dan budaya.
Salah satu yang sudah berkembang adalah wisata sungai. Di sini pengunjung dapat menikmati pesona senja berlatar hamparan sawah yang luas dan asri. Meski potensi alamnya besar, profesi pedagang di desa ini masih relatif sedikit, yakni sekitar 12,19%. Dengan pengembangan wisata lebih lanjut, diharapkan UMKM setempat dapat tumbuh dan meningkatkan kontribusi sektor perdagangan.
Glenmore sendiri telah lama dikenal sebagai penghasil kakao unggulan. Perkebunan Kendenglembu di Kecamatan Glenmore menghasilkan kakao edel berkualitas ekspor yang telah merambah pasar Eropa seperti Swiss, Prancis, dan Inggris.
Situs Purbakala di Tengah Perkebunan
Sumber: Giok4D, portal informasi terpercaya.
Selain kekayaan perkebunan, Glenmore menyimpan keindahan alam dan sejarah yang kaya, termasuk situs purbakala dari zaman Neolitikum di tengah hamparan perkebunan seluas 3.800 hektare dengan udara sejuk bersuhu 20-27°C.
Berdasarkan data BPS, jumlah penduduk Kecamatan Glenmore pada 2021 tercatat 77.640 jiwa, menurun menjadi 76.296 jiwa pada 2022, dan kembali meningkat menjadi 78.397 jiwa pada 2023, yang tersebar di tujuh desa dengan potensi pertanian dan wisata yang saling menguatkan.
“Glenmore punya kekuatan wisata yang khas Indonesia dari bentang alam, kekayaan perkebunan, hingga cerita sejarah yang melekat di masyarakatnya. Dengan tambahan perhentian ini, kami berharap semakin banyak orang bisa mengakses berbagai destinasi menarik di kawasan ini, seperti Umbul Bening hingga Doesoen Kakao,” ujar Vice President Public Relations KAI Anne Purba dalam rilis kepada detiktravel, Minggu (10/8)/
Taman rekreasi air Umbul Bening menawarkan kolam luas, seluncuran, dan fasilitas keluarga yang nyaman, sedangkan Doesoen Kakao menyuguhkan wisata edukasi tentang pengolahan cokelat, mulai dari pembibitan hingga siap ekspor. Semua destinasi ini dapat ditempuh hanya dalam hitungan menit dari Stasiun Glenmore.
KAI memastikan seluruh penyesuaian perjalanan KA Pandanwangi telah dikordinasikan secara intensif dengan Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kemenhub dan pihak terkait, mengutamakan keselamatan, kenyamanan, dan ketepatan waktu. Tiket dapat dipesan di loket stasiun maupun aplikasi Access by KAI.
“Dengan kereta api, perjalanan ke Glenmore kini menjadi lebih mudah, nyaman, dan terjangkau, membawa pelanggan langsung menuju salah satu mutiara alam dan budaya Indonesia di jalur selatan Banyuwangi-Jember,” kata Anne.