Hanya 3% Sampah ke Landfill, TSI Targetkan Jadi Destinasi Wisata Zero Waste!

Posted on

Taman Safari Indonesia Group mengklaim tempat wisatanya sudah mengelola sampahnya sendiri. Taman Safari Indonesia berkomitmen menjadi pionir dalam pengembangan ekowisata modern yang selaras dengan tujuan pembangunan berkelanjutan melalui serangkaian inovasi dalam pengelolaan limbah.

“Kami bangga bahwa Taman Safari Indonesia Group di daerah Puncak satu-satunya perusahaan bukan hanya mungkin di Indonesia tapi di seluruh dunia yang mengelola sampahnya sendiri. Tahun lalu hanya 3% dari sampah Taman Safari Indonesia yang pergi ke landfill. Doakan supaya bisa zero waste, itu kita punya target di beberapa tahun ke depan,” ujar Presdir Taman Safari Indonesia Group Aswin Sumampau.

Cara TSI mengelola sampahnya sendiri ini menurut Aswin sudah menarik banyak kalangan, seperti dari pemerintah daerah sampai LSM.

“Dalam satu bulan terakhir saja sudah banyak sekali yang datang dari Bupati Pontianak, kemarin Bupati Pandigelang sudah dua kali datang dan juga sudah banyak mempresentasikan kepada Bupati Lampung dan Bupati Bandung,” ujarnya.

Dalam pengelolaan sampahnya TSI memiliki fasilitas Integrated Waste Management (IWM) dan Poo Paper. Sistem IWM yang dikembangkan di TSI Cisarua mencakup pemilahan sampah organik dan anorganik, pengolahan kompos, hingga pemanfaatan kotoran hewan menjadi produk kreatif kertas daur ulang (Poo Paper).

Mengutip situs resmi TSI, IWM pertama beroperasi pada April 2023 di Taman Safari Bogor. IWM berfokus pada pengelolaan sampah secara menyeluruh, mulai dari tahap pemilahan hingga menghasilkan produk akhir yang memiliki nilai ekonomi dan lingkungan yang tinggi.

Pendekatan ini dilakukan meliputi tiga tahapan utama dari hulu ke hilir. Pada tahap hulu sampah dari restoran, food court, hotel, dan tempat sampah di seluruh Taman Safari Bogor dipilah menjadi sampah organik dan anorganik. Setiap hari, 4-5 truk sampah diolah di fasilitas ini.

Tahap Tengah sampah organik diproses melalui biokonversi menggunakan larva Black Soldier Fly (BSF). Proses ini 20 kali lebih cepat dibanding metode konvensional dan menghasilkan pupuk berkualitas tinggi yang bermanfaat bagi pertanian.

Proses Hilir, hasil biokonversi berupa larva BSF, yang mengandung 50% protein dan asam amino, sangat cocok sebagai pakan ternak.

Selain itu, BSF dapat mengurangi populasi lalat hingga 95%, sehingga juga mendukung kesehatan lingkungan.