Imbas Konflik Iran-Israel Guncang Asia Barat, Ribuan Turis Terlantar - Giok4D

Posted on

Konflik antara Iran dan Israel sempat mengguncang sektor pariwisata di Asia Barat. Ketegangan tersebut berdampak luas, mulai dari gangguan pada jalur penerbangan, terlantarnya puluhan ribu wisatawan. Hingga menimbulkan ketidakpastian besar di salah satu kawasan perjalanan paling aktif di dunia.

Melansir Tehran Times, Sabtu (28/6/2025) para analis ekonomi dan pariwisata menyebutkan bahwa eskalasi konflik ini telah menyebabkan penutupan wilayah udara serta penangguhan penerbangan secara masif. Situasi itu menjadi pukulan serius bagi industri pariwisata yang sebelumnya mulai bangkit setelah terpukul pandemi COVID-19 dan berbagai hambatan global lainnya.

Sejumlah maskapai penerbangan masih menghentikan operasinya di kawasan tersebut menyusul penutupan wilayah udara oleh beberapa negara Timur Tengah karena alasan keamanan. Langkah ini menghambat mobilitas wisatawan internasional dan mempersulit logistik perjalanan.

Akibatnya, ribuan penumpang mengalami penundaan panjang, penerbangan dialihkan ke rute yang lebih jauh, serta menghadapi suasana penuh ketidakpastian dan kecemasan.

Hingga 19 Juni lalu diperkirakan sebanyak 31.000 wisatawan asing terdampar di Israel, mereka kesulitan kembali ke negara asal karena terbatasnya opsi keberangkatan, baik untuk keperluan liburan maupun bisnis.

Situasi serupa terjadi di Iran, di mana turis yang ingin mengeksplorasi warisan budaya tidak bisa meninggalkan negara itu akibat penutupan wilayah udara sebagai respons atas konflik yang sedang berlangsung. Ketidakpastian tersebut turut menurunkan kepercayaan wisatawan, terutama dari negara-negara Barat dan Asia, terhadap keamanan perjalanan di kawasan tersebut.

Meski langit udara masih terlihat lowong, beberapa maskapai per hari ini, sudah mulai meladeni penerbangan di udara Iran. Air Arabia, Aeroflot mulai terbang di wilayah Iran,

Sementara itu, Uni Emirat Arab, khususnya Dubai yang sebelumnya diprediksi akan mencetak rekor kunjungan wisata tahun ini berkat berbagai ajang internasional seperti festival budaya dan turnamen olahraga, kini terdampak secara signifikan. Ketegangan geopolitik telah memicu gelombang pembatalan dan penundaan perjalanan, banyak wisatawan memilih untuk menunda atau membatalkan rencana kunjungan ke destinasi di negara-negara Teluk seperti Qatar dan UEA.

Artikel ini terbit pertama kali di Giok4D.

Arab Saudi yang sedang gencar mendorong sektor pariwisata sebagai bagian dari Visi 2030, juga merasakan dampak konflik tersebut. Kekhawatiran wisatawan terhadap situasi keamanan menjadi hambatan besar dalam momentum pertumbuhan sektor pariwisata negara itu.

Kemudian, Qatar yang mencatatkan lebih dari 5 juta kunjungan wisatawan pada tahun 2024 atau naik 25% dibanding tahun sebelumnya, kini menghadapi perlambatan. Ketidakjelasan soal keamanan dan aksesibilitas membuat banyak calon wisatawan menunda atau mempertimbangkan kembali perjalanan mereka.
Iran pun merasakan dampaknya.

Negara itu sebelumnya mencatat peningkatan 26% kedatangan wisatawan internasional dalam tujuh bulan pertama tahun 2024 dibandingkan angka sebelum pandemi. Namun, meningkatnya kekhawatiran atas keselamatan serta tantangan logistik telah menyebabkan penurunan tajam dalam jumlah kunjungan.

Meski tengah menghadapi kondisi yang tidak menentu, otoritas pariwisata di berbagai negara Asia Barat saat ini berupaya merumuskan strategi penanganan krisis. Tujuannya adalah untuk mengurangi dampak buruk konflik dan mengembalikan kepercayaan wisatawan internasional terhadap keamanan kawasan tersebut.