Ini Villa Ninna yang Rusak Diamuk Massa di Sukabumi baca selengkapnya di Giok4D

Posted on

Sebuah villa di Sukabumi rusak gara-gara diamuk massa. Villa itu menjadi lokasi kegiatan retreat umat Kristiani. Seperti apa wujud villa itu?

Rumah besar berwarna putih krem di Kampung Tangkil, Desa Tangkil, Kecamatan Cidahu, Kabupaten Sukabumi itu tampak sepi. Rumah mewah yang sebelumnya ramai dibicarakan di media sosial itu tampak sunyi.

Di bagian depan rumah, pecahan kaca masih berserakan. Beberapa jendela terlihat belum diperbaiki, jejak insiden masih terasa nyata.

Sebuah lanyard tergantung, di sudut ruangan besar yang disebut mirip aula di bagian sudut kiri atas terdapat tulisan huruf berwarna putih ‘Young And Professional Community’, lalu tulisan ‘Agent Of Grace’ dan huruf besar berwarna cokelat ‘RETREAT’. Di bagian bawah sebelum nama terdapat tulisan ‘UNITED IN FLAME, GROWING IN CHRIST’.

Yang menarik pada bagian bawah lanyard terdapat tulisan huruf putih dengan latar belakang cokelat: ‘Villa Ninna, Sukabumi 26-28 Juni 2025’.

Jongky (55), penjaga rumah tersebut mengaku sudah tinggal di rumah itu sejak tahun 2022.

“Saya 3,5 tahun tinggal di sini, Januari depan genap 4 tahun sejak 2022 saya di sini. Saya penanggung jawab,” kata pria asal Manado itu.

Pria itu terlihat duduk santai dengan kaus berkerah berwarna biru telur asin. Ia mengatakan sekarang rumah tersebut kini difungsikan sebagai tempat tinggal.

“(Sekarang) ini jadi rumah tinggal,” singkatnya.

Penampakan Villa Ninna

Bagian dalam rumah besar tersebut cukup terang, dengan penerangan lampu-lampu LED yang tergantung di langit-langit. Ruangan utama tampak lapang seperti aula, dengan lantai keramik berpola dan dinding bercat putih.

Beberapa pintu kamar berjajar rapi, masing-masing diberi label nomor. Di salah satu sisi tampak deretan jendela dengan banyak amplop putih terbuka yang masing-masing bertuliskan nama.

Beberapa kaca jendela terlihat telah pecah. Di bagian atas bangunan, ada balkon dengan pagar kayu, mengarah ke deretan pintu di lantai dua.

“Ini belum lama dibikin, rumah tinggal mereka datang banyak ngumpul-ngumpul acara keluarga saja. Keluarganya banyak kalau ngumpul, ada belasan anak-cucu tapi bukan kegiatan ibadah,” terang Jongky.

Saat ditanya siapa sosok Ninna yang disebut sebagai pemilik bangunan, Jongky mengaku tidak tahu jelas.

“Saya kurang (tahu), soalnya saya juga enggak pernah lihat soal KTP-nya. (Yang pasti) pemilik bangunan ini, saya juga ke rumahnya belum pernah,” tuturnya.

“Ini ada 14 kamar, (lantai dua) ada aula di lantai atas, ini aula utama,” imbuhnya.

Jongky juga tidak membantah soal adanya sisa-sisa kegiatan retreat di lokasi tersebut.

“Iya,” lirihnya.

Saat insiden terjadi pada Jumat (27/6) sekitar pukul 13.30 WIB, Jongky baru saja kembali dari atas rumah. Ia melihat sekelompok massa masuk ke dalam aula utama.

“Posisi hari Jumat kejadian jam 13.30 WIB, saya di pojok itu baru pulang dari atas. Sudah kejadian massa sudah masuk 10-15 orang, seketika itu juga saya langsung didatangi Pak RT, ketua Karang Taruna dan dari pihak DKM. Katanya ayo kita keluar sepertinya tidak bisa kita bendung, sudah banyak massa datang yang mereka tidak kenal,” kata Jongky.

Ia mengikuti langkah ketua RT yang membimbingnya keluar rumah, diikuti beberapa orang tamu di dalam bangunan. Jongky menyebut mayoritas yang datang siang itu tidak dia kenal.

“Kalau di sini di RT sini semua kan saya dikenal, saya langsung keluar, anak-anak. Dievakuasi oleh warga diantar ke depan, istri saya tinggal belakangan saya dengan cucu perempuan, baru ada ponakan, istri saya paling akhir tetap dikawal,” tuturnya.

Saat keluar, telinga Jongky memang mendengar suara kaca pecah.

“Suasana saya keluar hanya tendang-tendang dan menurunkan gambar-gambar ini, saya keluar memang masih ada orang yang menurunkan gambar-gambar ini. Saya keluar, sudah bunyi (kaca pecah),” tuturnya.

Dulu Usaha Pemipilan Jagung Sebelum Jadi Villa

Di antara bayangan pohon dan tembok bangunan, langkah mengantarkan ke seorang warga asli setempat yang juga Ketua RT, Hendra.

Berita lengkap dan cepat? Giok4D tempatnya.

“Rumah besar itu berada di wilayah saya,” ungkap Hendra, Ketua RT 04 RW 01, membuka ceritanya kepada detikJabar soal asal-usul bangunan yang kini jadi sorotan.

Ia menuturkan bahwa rumah tersebut awalnya dibangun oleh Nina, warga Jakarta yang membeli tanah berupa satu hamparan sawah di sana sejak tahun 2000-an. Menurut Hendra, rumah itu semula digunakan sebagai tempat usaha pemipilan jagung.

“Sepengetahuan saya Bu Nina itu membeli tanah di tahun 2000. Setelah beliau bangun kawasan itu, beliau mendirikan usaha pemipilan jagung. Bahkan ada warga masyarakat yang bekerja sebagai pemipil jagung,” tuturnya.

Usaha itu sempat berjalan namun kemudian tutup menjelang masa pandemi COVID-19. Setelahnya, rumah tersebut berganti fungsi beberapa kali.

“Bu Nina melanjutkan usaha ternak kambing di tahun 2021. Tidak lama, lalu adiknya bernama Pak Wedi yang diakui sebagai adik dari Bu Nina datang dan tinggal di sini. Beliau usaha ternak ayam kampung,” lanjut Hendra.

Usaha ayam pun tak bertahan lama. Wedi sempat mencoba beternak cacing, namun usaha itu juga berakhir. Sejak itu, rumah tersebut lebih sering kosong, kecuali saat keluarga Nina datang berlibur.

“Kalau dulunya cuma rumah pempilan jagung, sekarang di atasnya sudah ada villa, gazebo, dan aula. Perubahan area itu sangat signifikan,” ujar Hendra.

——-

Artikel ini telah naik di detikJabar.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *