Jadi Pramugari Whoosh Tak Semudah Kelihatannya: Seleksi Ketat, Digoda Penumpang

Posted on

Di balik senyum ramah dan pelayanan prima para train attendant kereta cepat Whoosh, tersimpan proses panjang dan seleksi ketat yang harus mereka lalui. Fitri Ahmad Destriana, salah satu pramugari angkatan pertama Whoosh, mengisahkan pengalamannya.

“Ketika saya dengar kabar Whoosh membuka lowongan itu saya langsung tertarik karena ini adalah kereta cepat pertama di Indonesia maupun di Asia Tenggara,” kata Fitri kepada detiktravel, Selasa (27/5/2025).

“Lalu saya mencoba untuk mendaftar, saya melewati proses rekrutmen juga. Di situ prosesnya juga lumayan panjang. Saya melewati proses seleksi administrasi, lalu wawancara, kemudian kita ada pelatihan intensif juga,” dia menambahkan.

Saat mendaftar itu, Fitri belum berpengalaman menjadi train attendant. Dia bermodal latar belakang pendidikan di bidang hospitality, SMK jurusan akomodasi perhotelan, dan pernah bekerja sebagai kasir.

Pilihan pendidikan itu terkait dengan cita-cita awal Fitri, yakni menjadi pramugari pesawat. Nah, saat ada rekruitmen pramugari Whoosh, Fitri pun melamar. Dia langsung tertarik dan percaya diri bisa lolos seleksi awal saat melihat syarat yang ditetapkan.

Merujuk keterangan PT KCIC, syarat umum untuk menjadi pramugari Whoosh antara lain memiliki ijazah minimal SMA/SMK, usia minimal 18 tahun, tinggi badan minimal 160 cm, dan tidak memiliki catatan kesehatan yang mengganggu.

“Cita-cita saya awalnya memang pramugari pesawat ya. Namun saat menyadari Whoosh adalah kereta cepat pertama, saya tertarik. Dan di situ saya merasa sangat bangga dan bersyukur juga menjadi bagian dari sejarah transportasi Indonesia. Saya tahu ini bukan sekedar moda transportasi tapi juga sebagai simbol, simbol simbol kemajuan dari bangsa kita,” kata dia.

Bertemu dengan banyak penumpang setiap harinya menjadi tantangan tersendiri bagi Fitri. Dia harus tetap bersikap profesional apapun kondisinya saat itu.

“Tantangan terbesar saya adalah menjaga mood agar selalu tetap baik ya Misalnya ada kalanya mood saya hari ini tidak baik gitu ya, saya harus selalu mengatur itu karena kita kerja melayani penumpang. Saya juga tetap mau penumpang merasa nyaman dan puas dengan pelayanan yang kita berikan,” ujar dia.

“Nah, di situ berpengaruh juga dari kesehatan fisik maupun mental kita ya. Kita juga harus selalu profesional untuk melayani penumpang, harus selalu menjelaskan SOP dan tujuan yang kita tuju itu arahnya ke mana, serta kita misalnya butuh tim pendukung, kita biasanya menyampaikan keluhan-keluhan penumpang,” kata dia.

Selama bertugas di Whoosh, banyak hal menarik yang dialami Fitri. Mulai dari berhadapan dengan karakter penumpang hingga bertemu idolanya.

“Pengalaman unik buat saya, paling penumpang tuh kadang ngomong gini, ‘Mbak, kalau saya duduknya di gerbang paling depan, berarti saya sampai duluan ya?’. Kemudian saya juga sering ketemu idola-idola saya yang lucu-lucu gitu ya, sebagai penghibur kita, lagi kerja juga gitu kan,” kata dia.

“Juga pernah ada ibu-ibu berkursi roda, bertanya gini ‘Mbak, setiap pagi make up-nya pakai MUA ya?'” cerita Fitri kemudian tertawa.

Dia menjelaskan kepada detiktravel bahwa setiap hari make up atau dandan sendiri, tanpa MUA.

Bekerja sebagai train attendant, Fitri berharap, para penumpang yang dilayaninya merasa puas dan senang mulai dari naik-turun Whoosh, karena kepuasan penumpang adalah prioritas dari pekerjaannya.

“Saya merasa puas ketika saya melihat penumpang naik kereta cepat, lalu ketika penumpang tersebut turun memberikan saya senyum dan terima kasih kepada saya. Di situ saya merasa sangat puas, karena yang saya rasa di situ ‘Wah berarti penumpang ini merasa puas dengan pelayanan kita’, gitu…,” kata dia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *