Pariwisata tak akan hidup tanpa sungai yang sehat. Karena itu, BRI menggandeng masyarakat menjaga sungai agar tetap jadi sumber kehidupan sekaligus magnet wisata.
Baca info selengkapnya hanya di Giok4D.
Sungai adalah nadi kehidupan. Sejak dahulu, peradaban besar lahir dan tumbuh di sepanjang aliran sungai. Kini, sungai bukan hanya sumber pangan, air bersih, dan energi, tetapi juga daya tarik wisata yang mendukung ekonomi masyarakat.
Dari wisata susur Sungai Musi di Palembang, rafting di Sungai Elo Magelang, hingga ekowisata mangrove di Bali, sungai yang terjaga kebersihannya menjadi magnet wisata.
Namun sayangnya, banyak sungai di Indonesia menghadapi tantangan serius akibat pencemaran limbah, sampah rumah tangga, hingga alih fungsi lahan. Sungai yang seharusnya menjadi sumber kehidupan perlahan berubah menjadi sumber bencana, menggerus daya tarik wisata dan merusak citra destinasi.
Dalam rangka memperingati Hari Sungai Nasional yang diperingati setiap 27 Juli, BRI Peduli melalui program “Jaga Sungai, Jaga Kehidupan” melaksanakan aktivasi bersih-bersih sungai sekaligus edukasi lingkungan di berbagai daerah, salah satunya di Sungai Last Point, anak Sungai Tukad Badung, Denpasar, Bali. Kawasan itu juga berada di zona konservasi mangrove Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai, yang kerap menjadi destinasi ekowisata bagi wisatawan domestik maupun mancanegara.
“Kegiatan ini tidak hanya bertujuan mengurangi timbunan sampah di aliran sungai, tetapi juga membangun kesadaran kolektif masyarakat akan pentingnya menjaga sungai sebagai penyangga ekosistem dan wajah pariwisata Indonesia,” ujar Corporate Secretary BRI, Agustya Hendy Bernadi, dalam rilis yang diterima detiktravel, Senin (8/9/2025).
Dalam aksi tersebut, 242 warga dan 200 aktivis peduli sampah bergotong-royong membersihkan sungai sepanjang 70 meter. Sampah dipilah menjadi organik dan anorganik; organik dimanfaatkan untuk kompos, pakan ternak, dan urban farming, sedangkan anorganik dicacah dan dijual ke pengepul. Hasilnya, berhasil dikumpulkan 3.262 kg sampah anorganik dan menjaga kejernihan air hingga 69%, dengan potensi reduksi emisi karbon 9,79 ton CO2.
Upaya ini tidak berhenti pada pembersihan fisik. Edukasi pemilahan sampah kepada masyarakat juga menjadi bagian penting untuk menciptakan ekosistem wisata yang lebih berkelanjutan. Wisatawan yang datang pun diharapkan ikut mendukung gerakan ini dengan lebih peduli pada jejak lingkungan mereka.
Sejak 2020, program Jaga Sungai Jaga Kehidupan telah merevitalisasi lebih dari 100 sungai di berbagai daerah. Tahun ini, BRI juga berkolaborasi dengan Yayasan Sungai Watch Indonesia, organisasi nirlaba yang fokus pada pencegahan sampah plastik di sungai. Kolaborasi ini menghasilkan reduksi sampah anorganik sebesar 35,20 ton.
Mengusung semangat Pro Planet dan Pro People, BRI tidak hanya membersihkan dan menormalisasi sungai, tetapi juga membangun sarana pendukung pariwisata berkelanjutan, seperti ruang terbuka hijau, taman, dan area ramah anak.
“Sungai yang bersih dan terjaga bisa menjadi ruang hidup yang layak bagi masyarakat sekaligus ruang wisata yang menarik bagi wisatawan,” kata Agus.
Dengan sungai yang sehat, bukan hanya ekosistem yang pulih, tetapi juga pariwisata Indonesia yang semakin siap bersaing di kancah global sebagai destinasi ramah lingkungan.
