Jalan Braga, Panggung Sejarah di Tengah Modernitas Bandung

Posted on

Di tengah perkembangan Kota Bandung yang kian modern, Jalan Braga bersikukuh untuk menjadi pengingat masa lalu yang sarat cerita. Kawasan itu justru tak pernah kehilangan pesonanya karena gedung-gedung lawas nan ikonik.

Jalan Braga selalu ramai oleh langkah kaki wisatawan lokal maupun mancanegara, terutama saat musim liburan tiba. Seperti long weekend ini.

Warga lokal dan wisatawan memadati jalan itu. Jalan itu dipenuhi beragam kalangan. Mereka yang berjalan-jalan santai, mereka yang menggenapi km di Strava atau smartwatch di tangan, mereka yang berburu kopi kekinian, mereka yang berburu kuliner sedang hits, mereka yang mencari spot foto, mereka yang mengerjakan tugas kuliah, atau mereka yang mengumpulkan rupiah.

Ya, Braga masih saja bukan sekadar jalan, tapi panggung sejarah yang hidup. Merujuk situs resmi pemkotbandung, Jalan Braga sudah menjadi tempat pentas sejarah kehidupan sejak 1800-an.

Bukti mencolok adalah bangunan-bangunan tua bergaya art deco, bangunan Indische, dan bangunan Indie-European yang sangat khas di sepanjang ruasnya. Jalan Braga saat itu dijuluki sebagai “Parijs van Java”.

Kawasan itu disebut-sebut mengalami masa kejayaan sekitar 1920 hingga 1930-an. Pada masa itu, kawasan Braga sudah dijadikan pusat perbelanjaan (shopping) yang bernuansa Eropa di Hindia-Belanda.

Kini, Braga menjelma menjadi ruang budaya yang memikat, tempat seni, sejarah, dan gaya hidup urban saling bersinggungan, menciptakan atmosfer yang tak bisa ditemukan di tempat lai

Magnet Sejarah dan Arsitektur

Salah satu daya tarik utama Braga adalah bangunan-bangunan tuanya yang (beberapa) masih dipertahankan dengan arsitektur khas Eropa. Fasad toko, cafe, dan galeri seni yang klasik memberikan nuansa nostalgia yang kuat.

Menurut pegiat bangunan heritage dan juga seorang arsitektur, Tubagus Adhi, mengatakan bahwa pada awal tahun 90-an kawasan itu seperti area hidup enggan mati pun tak mau. Hingga mulai berkembang pesat di era 2000-an.

“Orang-orang sekarang gitu ketika datang ke Jalan Braga itu ngerasa bahwa dia adalah bagian dari dulu gitu. Melihat masa lalu tahun 1930-an, arsitekturnya paling gampang kita bilang art deco gitu, bangunan-bangunan (heritage-nya) banyak, dan bisa berfoto di mana-mana (instagramable),” kata Adhi saat detiktravel temui di salah satu coffeshop di Braga, beberapa waktu lalu.

“Nah ruang-ruang publik ini yang tadinya gudang bisa dibuka jadi kafe. Orang mulai berpikir lagi, mereka mulai buka dan orang tuh mulai ngerasa bahwa bagian terpenting dari ini adalah one stop shopping-lah,” lanjutnya.

Ditarik dari sejarah, sejak zaman Belanda kawasan itu memang merupakan area entertainment yang punya magnet besar, mulai dari toko fesyen, makan, hingga tempat hiburan lainnya, salah satunya bioskop.

Biasanya yang datang dari berbagai kalangan, Adhi menyebut salah satunya adalah para pekerja kebun kopi, kina atau teh yang berada di area Bandung Selatan.

“Terus kalau mereka datang belanja biasanya hari Jumat kan, nah besok itu di ada acara Societet Concordia (Gedung Merdeka) daripada ke atas (Bandung Selatan) lagi mereka nginepnya di Savoy Homan sama Grand Preanger. Jadi udah one stop shopping sebetulnya sejak dari dulu tuh emang,” kata dia.

Bangunan Bersejarah di Jalan Braga

Banyak bangunan di Jalan Braga yang masih mempertahankan arsitektur zaman kolonial. Bangunan-bangunan itu menjadi ciri khas Braga.

Beberapa bangunan bersejarah di Braga antara lain:

Gedung Merdeka: Dibangun pada tahun 1895, gedung ini dulunya digunakan sebagai Societeit Concordia dan menjadi tempat penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika tahun 1955.
Gedung Majestic: Dibangun pada tahun 1925, gedung ini dulunya berfungsi sebagai bioskop dan sekarang digunakan untuk pameran, pertunjukan musik, dan pemutaran film.
Gedung Bank N.I. Escompto Mij: Saat ini digunakan untuk Apotek Kimia Farma.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *