Jamu Didorong Jadi Daya Tarik Utama Wisata Kebugaran

Posted on

Indonesia serius mengembangkan wisata wellness atau wisata kebugaran. Jamu pun didorong jadi salah satu daya tarik utama dalam menarik wisatawan untuk liburan.

Selama ini, jamu dikenal sebagai minuman tradisional berbahan baku rempah yang diolah berdasarkan resep yang diturunkan secara turun temurun, dari generasi ke generasi.

Sebagai kekayaan budaya bangsa Indonesia, jamu sudah diakui secara global. Sejak 6 Desember 2023, jamu telah diakui oleh UNESCO sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) melalui sidang internasional di Kasane, Republik Botswana.

Deputi Bidang Pemasaran Kementerian Pariwisata Ni Made Ayu Marthini pun menegaskan jamu akan menjadi daya tarik utama bagi wellness tourism atau wisata kebugaran yang menjadi prioritas nasional dalam pengembangan destinasi dan produk pariwisata berbasis kearifan lokal.

“Jamu merupakan bagian penting dari kekayaan tradisi Indonesia dalam menjaga kesehatan dan keseimbangan hidup. Jamu menggabungkan unsur kesehatan, tradisi, dan pengalaman otentik yang tidak bisa ditemukan di tempat lain,” ujar Made, seperti dikutip Senin (23/6/2025).

Sementara itu, Jonny Yuwono, Ketua Gabungan Pengusaha Jamu dan Obat Tradisional Indonesia (GP Jamu) menyatakan jamu sekarang sudah bukan lagi sekadar minuman tradisional, tetapi sudah menjadi identitas budaya bangsa Indonesia.

“Mungkin kebanyakan orang mengenal jamu sebagai minuman, tapi bagi beberapa orang jamu itu adalah suatu ritual. Bagi kami, jamu itu adalah identitas,” kata Jonny.

Jonny menilai di zaman sekarang, jamu sudah tidak identik lagi dengan rasa yang pahit dan tidak enak. Justru cara pandang itu harus diubah menjadi lebih positif sehingga bisa lebih menarik untuk jadi ikon wisata kebugaran.

“Kalau kita ngomong jamu, kan kesannya tentu dulu negatif. Oh, pahit, aroma tidak sedap. Tapi ketika kita memakai kata menjamu, konotasinya kan berbeda. Mari jadikan jamu itu sebagai gaya hidup baru kita di Indonesia,” ucap Jonny dengan semangat.