Jepang Bidik Digital Nomad untuk Atasi Lonjakan Wisatawan

Posted on

Jepang tengah mengincar para digital nomad sebagai solusi baru menghadapi tantangan pariwisata yang kian kompleks. Kota-kota besar seperti Tokyo dan Kyoto kini menghadapi tekanan akibat meningkatnya jumlah wisatawan.

Mengutip The Economic Times, Senin (27/10/2025) laporan South China Morning Post menjelaskan pemerintah daerah di Jepang berharap kehadiran digital nomad bisa memberikan dampak ekonomi tanpa menimbulkan beban layaknya pariwisata massal jangka pendek.

Sejak pandemi COVID-19, tren kerja jarak jauh tersebut melonjak di seluruh dunia. Jepang pun berupaya memanfaatkan fenomena ini dengan mendorong konsep workcation yakni menggabungkan aktivitas bekerja dengan liburan.

Untuk menarik minat pekerja digital global, sejumlah pemerintah daerah di Jepang mulai menyediakan ruang kerja bersama (coworking space), menyederhanakan prosedur visa, hingga menyusun panduan kota khusus bagi pengunjung yang ingin tinggal lebih lama.

Harapannya, kelompok wisatawan baru ini dapat membantu menyebarkan arus pariwisata secara lebih merata di berbagai wilayah, mengurangi kepadatan di jam sibuk, sekaligus memberi dukungan bagi bisnis lokal.

Meski Jepang masih berjuang menghadapi dampak overtourism, para pejabat setempat menilai nomaden digital dapat menjadi segmen wisata yang berkontribusi sepanjang tahun tanpa menambah tekanan pada destinasi populer.

Langkah tersebut juga mencerminkan tren global di mana banyak negara kini mulai menata ulang strategi pariwisatanya untuk menyesuaikan diri dengan gaya hidup kerja jarak jauh serta memastikan pertumbuhan wisata yang lebih berkelanjutan.