Semakin hari jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Amerika Serikat mengalami penurunan signifikan dalam tujuh bulan pertama tahun ini.
Kondisi itu diperkirakan akan terus berlanjut di tengah ketegangan geopolitik global dan sejumlah kebijakan kontroversial yang kembali digaungkan di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump.
Mengutip The Independent, Selasa (2/9/2025) berdasarkan data dari Kantor Perjalanan dan Pariwisata Nasional Amerika Serikat, jumlah wisatawan dari luar negeri (tidak termasuk pengunjung dari Meksiko dan Kanada) menurun lebih dari 3 juta atau sekitar 1,6% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Fenomena serupa juga tercermin dari data Pemerintah Kanada, untuk pertama kalinya dalam hampir dua dekade jumlah warga Amerika Serikat yang berkendara ke Kanada pada bulan Juni dan Juli melebihi jumlah warga Kanada yang masuk ke wilayah Amerika Serikat.
Sejumlah pakar dan pejabat lokal menilai tren penurunan ini tak lepas dari pengaruh kebijakan-kebijakan keras yang kembali diterapkan oleh Pemerintahan Trump sejak kembali menduduki Gedung Putih. Mereka menyoroti dampak dari pengenaan tarif perdagangan global, kebijakan imigrasi yang ketat, serta retorika kontroversial seperti wacana pengambilalihan wilayah Kanada dan Greenland oleh Amerika Serikat yang dinilai mengganggu citra negara tersebut di mata dunia.
Menurut CEO Visit Buffalo Niagara (organisasi promosi pariwisata di wilayah New York), Patrick Kaler, sangat menyangkan terjadinya penurunan wisatawan mancanegara yang terjadi di Amerika Serikat.
“Melihat penurunan lalu lintas wisatawan yang begitu drastis, terutama akibat retorika yang sebenarnya bisa dihindari, sungguh sangat disayangkan,” ujar Patrick.
Situasi tersebut juga menjadi perhatian Dewan Perjalanan dan Pariwisata Dunia (World Travel and Tourism Council/WTTC). Menjelang peringatan Memorial Day, WTTC memperkirakan bahwa Amerika Serikat akan menjadi satu-satunya negara dari 184 negara yang diteliti yang mengalami penurunan pengeluaran wisatawan asing pada tahun 2025.
“Perekonomian perjalanan dan pariwisata terbesar di dunia sedang melaju ke arah yang keliru. Saat negara-negara lain membuka pintu lebar bagi wisatawan, pemerintah AS justru tampak seperti sedang menggantungkan tanda tutup,” ungkap Presiden dan CEO WTTC, Julia Simpson.
Laporan dari Tourism Economics, perusahaan riset yang fokus pada sektor perjalanan, memperkirakan jumlah kunjungan internasional ke Amerika Serikat akan turun hingga 8,2% pada tahun 2025. Data pemesanan tiket pesawat selama bulan Mei, Juni, dan Juli juga menunjukkan tren penurunan tajam yang diperkirakan masih akan berlanjut.
Direktur Pelaksana dari Eisner Advisory Group, Deborah Friedland, menyebut bahwa selain dampak geopolitik faktor ketidakpastian politik dan meningkatnya biaya perjalanan turut memengaruhi minat wisatawan internasional untuk mengunjungi AS.
Sejak kembali menjabat, Trump menggandakan sejumlah kebijakan keras yang sempat diterapkan pada masa jabatan pertamanya. Beberapa di antaranya termasuk menghidupkan kembali larangan perjalanan dari negara-negara tertentu di Afrika dan Timur Tengah, memperketat prosedur visa, serta meningkatkan razia imigrasi berskala besar.
Di sisi lain, kebijakan tarif terhadap produk luar negeri yang menjadi ciri khas periode kepemimpinannya saat ini turut memicu kesan negatif di mata dunia.
“Persepsi adalah realitas,” jelas Friedland.
Meski demikian, tidak semua negara menunjukkan penurunan minat. Data terbaru menunjukkan peningkatan jumlah kunjungan dari beberapa negara seperti Argentina, Brasil, Italia, dan Jepang. turis