Kisah Kota Cantik tapi Ekonominya Sulit

Posted on

Havana, sebuah kota yang populer karena keindahan bangunan lama dan budayanya. Seiring berjalannya waktu, pariwisata kota ini semakin sulit.

Perekonomian Kuba semakin merosot karena kebijakan AS pada tahun 2020. Embargo uang diberlakukan AS telah membatasi akses Kuba ke berbagai sumber daya penting, termasuk makanan, obat-obatan dan peralatan medis.

Pilar ekonomi goyah, pariwisata ikut melemah. Kota lama Havana salah satu buktinya. Tempat wisata populer itu mulai penuh dengan kucing dan anjing liar.

Aktivis mulai membuka pintu rumah mereka sebagai tempat penampungan. Namun itu tidak cukup, seperti dikutip dari Independent UK pada Sabtu (9/8).

“Jalanan akan membunuh mereka,” kata Bárbara Iglesias, seorang apoteker berusia 51 tahun yang mengadopsi lima anjing dan telah menyelamatkan serta menemukan rumah bagi belasan anjing lainnya. Iglesias menjelaskan bahwa bagian tersulit adalah mendapatkan makanan.

Sekantong makanan anjing seberat 20 kilogram (44 pon), yang cukup untuk seekor anjing selama sekitar 45 hari, harganya sekitar $80 atau Rp 1,3 jutaan, jumlah yang tidak terjangkau bagi kebanyakan orang.

Hal ini memaksa orang untuk memberi makan hewan dengan jeroan babi, potongan ayam, atau daging cincang, yang juga tidak mudah didapatkan.

Selain itu, biaya vaksin tahunan sekitar $20 (Rp 325.470) dan biaya kunjungan dokter hewan $10 (Rp 162.000) , sementara gaji bulanan rata-rata di pulau itu hanya sekitar $12 (Rp 195.000).

Para ahli mengatakan bahwa penelantaran hewan di Kuba disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk kenaikan harga pangan dan obat-obatan, migrasi ratusan ribu warga Kuba dalam lima tahun terakhir, dan tingginya angka kematian di kalangan lansia.

“Orang-orang lebih fokus pada masalah mereka, yang jumlahnya banyak: warga Kuba tidak memiliki air, tidak memiliki listrik, dan mendapatkan makanan semakin sulit,” kata Annelie González, salah satu pemimpin Proyek Aldameros, sebuah koloni kucing yang terletak di sebuah taman di pusat bersejarah Havana.

“Memelihara hewan berarti memberi makan dan merawatnya,” kata Gonzalez, 36 tahun, yang bekerja sebagai manajer restoran dan menghabiskan sebagian besar pendapatannya untuk kucing-kucing tersebut.

Ia dan sekelompok kecil relawan mulai memberi makan 15 kucing di Taman Aldameros pada awal pandemi. Binatang itu berkembang menjadi 150 ekor. Gonzalez membuka donasi dan bekerja keras untuk merawat kucing-kucing itu.

González menunjukkan angka yang menurutnya menunjukkan skala masalah yang mengejutkan: pada awal dekade ini, sekitar tiga kucing terlantar muncul di taman setiap minggu. Tahun ini, angka tersebut melonjak menjadi 15 per hari.

Parahnya lagi, kucing-kucing ini kerap mengalami kekerasan. Mereka dipukul bahkan dibunuh oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Havana yang indah telah berubah menjadi tempat pembuangan kucing. Jalanan yang tadinya bersih, jadi kotor karena kotoran binatang dan sisa makanannya. Turis yang datang semakin sedikit, sehingga penghuni tetapnya kini hanyalah anjing dan kucing.