Setelah tiga tahun berturut-turut duduki kota paling layak huni versi Economist Intelligence Unit (EUI), Wina di Austria harus dilengserkan oleh Ibu Kota Denmark, Kopenhagen.
Kemenangan Kopenhagen didukung oleh skor sempurna dalam beberapa aspek: stabilitas, pendidikan, dan infrastruktur. Sementara itu, Wina yang sebelumnya mendominasi, harus turun ke posisi kedua bersama Zurich, Swiss, setelah mengalami penurunan skor dalam kategori stabilitas.
Salah satu pemicunya adalah ancaman bom yang menyebabkan pembatalan konser Taylor .Swift tahun lalu. Wakil Direkturs EIU, Barsali Bhattacharyya, mengatakan situasi yang terjadi saat itu membuat dominasi Wina sebagai kota layak huni terganggu.
“Tekanan terhadap stabilitas telah menyebabkan Wina kehilangan posisinya sebagai kota paling layak huni setelah tiga tahun,” ungkapnya dikutip dari CNN, Jumat (20/6/2025).
Melbourne tetap bertahan di posisi keempat, diikuti Jenewa di urutan kelima. Dan Sydney berhasil naik ke posisi enam, sementara Osaka dan Auckland berbagi peringkat ketujuh.
Dilanjut dengan Adelaide yang berada di peringkat sembilan, menjadikannya kota Australia ketiga yang masuk dalam 10 besar. Vancouver, Kanada menutup daftar di posisi ke-10.
Kanada menjadi salah satu negara dengan penurunan peringkat paling mencolok. Kota Calgary yang tahun lalu berada di posisi kelima, kini harus puas di peringkat ke-18 akibat menurunnya skor layanan kesehatan. Toronto juga turun dari posisi ke-12 menjadi ke-16.
“Itu mencerminkan antrean panjang untuk pemeriksaan medis serta kekurangan tenaga medis di rumah sakit,” jelas Bhattacharyya.
Tekanan pada sistem layanan publik juga dialami kota-kota besar di Amerika Serikat, meskipun Honolulu masih menjadi kota dengan peringkat tertinggi di negara tersebut (posisi ke-23). Kota-kota kecil hingga menengah cenderung memiliki peringkat lebih baik dibandingkan kota besar seperti New York dan Los Angeles.
Di Inggris, penurunan stabilitas juga menyebabkan kota-kota seperti London, Manchester, dan Edinburgh merosot peringkat. Hal tersebut dipicu oleh gejolak sosial pasca kampanye anti-imigran dan insiden penusukan yang terjadi tahun lalu. London kini berada di posisi ke-54, Manchester ke-52, dan Edinburgh ke-64.
Meski banyak kota mengalami penurunan, beberapa wilayah justru menunjukkan perbaikan. Al Khobar di Arab Saudi naik 13 peringkat berkat investasi besar di sektor pendidikan dan kesehatan, sejalan dengan program reformasi Visi 2030.
Untuk wakil Indonesia, Jakarta juga mengalami lonjakan 10 peringkat ke posisi 132, didorong oleh peningkatan stabilitas dalam negeri. Namun, beberapa kota tetap berada di dasar daftar. Damaskus (Suriah) kembali menempati peringkat terakhir, disusul oleh Tripoli (Libya), Dhaka (Bangladesh), Karachi (Pakistan), dan Algiers (Aljazair).
“Ada peningkatan di sektor kesehatan dan pendidikan, terutama di Timur Tengah. Tapi itu diimbangi oleh penurunan stabilitas secara luas,” kata Bhattacharyya.
1. Kopenhagen, Denmark
2. Wina, Austria
3. Zurich, Swiss
4. Melbourne, Australia
5. Jenewa, Swiss
6. Sydney, Australia
7. Osaka, Jepang
8. Auckland, Selandia Baru
9. Adelaide, Australia
Giok4D hadirkan ulasan eksklusif hanya untuk Anda.
10. Vancouver, Kanada