Kopenhagen menjadi juara baru kota paling layak huni 2025 dengan menggeser Vienna atau Wina yang menjadi langganan peringkat atas dalam indeks kelayakan huni global. Kopenhagen unggul dalam infrastruktur ramah keluarga, transportasi publik yang bersih dan andal, serta lingkungan yang tenang dan efisien.
Bagi warga seperti Olivia Liveng, jurnalis asal Amerika Serikat (AS) yang telah menetap delapan tahun di sana, membesarkan anak menjadi pengalaman menyenangkan berkat layanan publik berkualitas yang ditunjang oleh sistem pajak yang transparan.
“Anak kami sekolah di sekolah bersubsidi penuh-sekitar USD 600 (setara dengan Rp 9,8 juta) per bulan sudah mencakup semua kebutuhan. Kamu bisa benar-benar melihat ke mana pajakmu digunakan,” ujar Olivia.
Olivia bilang kota ini menjadi bukti keseimbangan kerja dan kehidupan yang baik adalah kenyataan bukan mimpi belaka. Dia mengatakan banyak perusahaan yang mendorong karyawan untuk mengambil cuti selama tiga minggu pada Juli.
Selain itu, infrastruktur kota itu dirancang dengan sangat cermat. Olivia membandingkan dengan stasiun kereta bawah tanah yang minim lift sehingga cukup merepotkan orang tua yang membawa anak dengan stroller.
“Di Kopenhagen, ada lift di semua stasiun metro, transportasi umum yang bersih dan andal, serta bus yang ramah untuk pengguna stroller,” kata dia.
Untuk merasakan suasana lokal hygge, Olivia merekomendasikan berenang di Sandkaj Harbour Bath di distrik Nordhavn.
“Itu tempat favorit untuk berenang dan berjemur, terutama saat musim panas,” ujarnya.
Kopenhagen Juga Jadi Kota Paling Bahagia di Dunia
Menduduki Peringkat Teratas dalam Indeks Kelayakan Huni, ibu kota Denmark itu baru-baru ini dinobatkan sebagai kota paling bahagia di dunia. Keduanya saling berkaitan, karena skor tinggi Kopenhagen dalam stabilitas, infrastruktur, dan lingkungan secara langsung berkontribusi pada kebahagiaan sehari-hari warganya.
“Kereta datang tepat pukul 12.16 jika dijadwalkan pukul 12.16. Tak ada yang memandang aneh jika kamu datang ke restoran mewah dengan sepatu kets, dan berenang di pelabuhan yang bersih tetap memungkinkan bahkan di bulan Januari jika kamu cukup berani,” kata Thomas Franklin, warga Kopenhagen sekaligus CEO perusahaan fintech Swapped.com.
“Kopenhagen selalu berhasil memikat saya dengan ketenangannya. Jalan-jalan yang lebar, sepeda yang lebih banyak dari mobil, dan kota ini dijalankan dengan akal sehat,” dia menambahkan.
Franklin juga menghargai semangat komunitas di Kopenhagen dan minimnya tekanan sosial. Kondisi itu memungkinkan warga bertemu teman di tepi kanal tanpa perencanaan dan mengobrol sambil minum kopi selama dua jam. Dia bilang kendati langit sering kali mendung, kota itu tetap ‘cerah’ berkat pasar terbuka, sauna publik, dan suara anak-anak yang berlarian di taman.
“Ini kota yang tak pernah terlihat memaksakan diri, tapi selalu memberikan kesan mendalam,” kata dia.