Kota Lama Semarang Diprediksi Jadi Lautan pada 2045, DPU Bilang Apa?

Posted on

Kepala Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kota Semarang, Suwarto, merespons penilaian Kota Lama Semarang terancam menjadi lautan pada 2045 oleh Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Jawa Tengah (Jateng). Dia mengatakan sejumlah langkah sudah dilakukan, lagipula prakiraan itu berbeda-beda sesuai dengan studi yang dilakukan.

Suwarto mengatakan sejumlah saran dari Walhi itu sudah dilakukan oleh Pemkot Semarang. Salah satunya, memperbanyak penanaman mangrove untuk mengupayakan agar Kota Lama tidak tenggelam di masa depan.

“Mangrove ini sudah digalakkan untuk penanaman dari DLH (Dinas Lingkungan Hidup). Kemarin kan sudah serentak satu Jawa Tengah lewat program Gubernur, Mageri Segoro,” kata Suwarto saat dihubungi detikJateng, Senin (17/11/2025).

Dia mengatakan sejumlah studi memang menyebut Kota Lama terancam menjadi lautan, tetapi ada pula studi yang tidak menyebut prakiraan itu.

“Ya itu (Kota Lama menjadi lautan) tergantung studinya. Kita belum sampai ke sana. Tapi tentu diupayakan supaya tidak terjadi,” ujarnya.

Suwarto menjelaskan kondisi sanitasi dan perlindungan kawasan pesisir masih dapat ditangani selama tanggul laut dan pompa berfungsi optimal. Dia menyebut sejumlah pompa di kawasan Tenggang dan Seringin telah diganti dan kini sudah terpasang seluruhnya oleh Kementerian PUPR.

“Sudah terpasang semua. Yang di Seringin ada empat, yang di Tenggang juga empat. Nanti tinggal kekurangannya,” kata dia.

Prediksi Kota Lama Semarang menjadi lautan pada 2045 menjadi ancaman bukan hanya buat warga tetapi juga destinasi wisata sejarah Jawa Tengah. Di Kota Lama, berdiri bangunan-bangunan bersejarah dan belakangan kawasan itu menjadi salah satu destinasi wisata favorit turis lokal atau pun mancanegara.

DPU Semarang Akui Ada Penurunan Muka Tanah di Kota Lama Semarang

Suwarto mengakui adanya land subsidence atau penurunan di Kota Semarang, termasuk di kawasan Kota Lama. Dia menyebut penurunan itu berkisar 5-10 cm. Namun, dia mengatakan tidak berwenang soal perizinan penggunaan air tanah yang disebut sebagai salah satu penyebab land subsidence.

“Untuk menjaga land subsidence ya harus dijaga, kurangi pengambilan air tanah. Nah, kalau air tanah itu bukan kewenangan pemerintah kota, dulu izinnya di provinsi, sekarang sepertinya sudah di kementerian,” kata dia.

Suwarto pun menyebut penanaman mangrove yang dilakukan selama ini sudah memberi dampak positif untuk mengurangi abrasi. Pemkot, kata dia, akan terus memperkuat upaya adaptasi agar ancaman banjir rob dan penurunan tanah tidak semakin parah.

“Kita mengadakan mitigasi untuk daerah-daerah rawan banjir, kedua, mempercepat penggantian struktur penggantian pompa yang dilakukan oleh PU Pusat, Kementerian,” kata dia.

Peringatan Walhi Kota Lama Semarang Jadi Lautan

Sebelumnya, Direktur Walhi Jateng Fahmi Bastian mengingatkan bahwa kawasan pesisir utara atau Pantura Jateng sudah berada dalam kondisi kritis. Ia menyebut kawasan Kota Lama Semarang bisa tenggelam dan berubah menjadi lautan pada 2045.

Land subsidence kalau di Semarang di angka 8-12 cm. Tapi tiap tahun nggak sama, 5 cm. Ya, 2045 seperti Kota Lama itu ya juga sudah bisa jadi lautan itu,” kata Fahmi di Kecamatan Semarang Selatan, Sabtu (15/11).

“Kalau di Pekalongan land subsidence itu lebih tinggi dibandingkan Semarang sebenarnya, 12-15 tapi rata-rata 8 cm,” Fahmi menambahkan.

***

Selengkapnya klik di sini.