Liburan impian 20 wisatawan, termasuk 13 warga negara Amerika Serikat (AS), berubah menjadi mimpi buruk, sampai-sampai tidak ingin lagi ke Labuan Bajo di Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT). Mereka tertipu agen perjalanan.
Alih-alih menjelajah Taman Nasional Komodo, mereka justru telantar berjam-jam di Pelabuhan Marina, Manggarai Barat, NTT. Kapal yang mereka sewa menolak berangkat.
Ruth Krisnianti Utami, WNI yang tinggal di Amerika Serikat, menjadi juru bicara kelompok wisatawan yang kecewa berat itu.
“Keluarga besar baru pertama kali ke sini. Pengalamannya malah nggak bagus. Image Indonesia di mata keluarga saya jadi buruk, tidak bisa dipercaya,” ujar Ruth dikutip dari detikbali, Rabu (4/6/2025).
Ruth baru saja menikah dengan pria asal AS dan mengajak keluarganya berlibur ke Labuan Bajo setelah resepsi pernikahan di Bali. Perjalanan itu seharusnya menjadi momen spesial, namun justru menyisakan rasa pahit.
Ruth mengatakan telah membayar lunas Rp 101 juta kepada travel agent Gratio Tour yang disebut dikelola oleh Dominikus Aliansi. Biaya tersebut mencakup sewa kapal wisata Flores Kencana, tiket masuk ke kawasan Komodo, hingga transportasi lokal.
Namun sesampainya di Pelabuhan Marina, pihak kapal menolak memberangkatkan mereka karena pembayaran dari agen perjalanan belum dilunasi.
“Mereka (pihak kapal) minta Rp 50 juta lagi, padahal saya sudah bayar lunas ke Dominikus,” kata Ruth dengan nada kecewa.
Setelah adu argumen yang berlangsung hingga dua jam di ruang tunggu pelabuhan, rombongan akhirnya diperbolehkan naik ke kapal, tapi bukan untuk berlayar-melainkan hanya untuk berteduh dari panas.
Kekecewaan para turis tak terbendung. Banyak dari mereka baru pertama kali datang ke Indonesia, eh malah mendapatkan pengalaman tidak mengenakkan.
“Sejujurnya keluarga dari Amerika sangat kecewa. Mereka pikir saya sebagai orang Indonesia bisa memastikan semuanya lancar. Tapi ternyata saya sendiri ditipu oleh sesama orang Indonesia,” tutur Ruth.
“Ini bukan cuma soal uang, ini soal kepercayaan dan nama baik pariwisata Indonesia,” kata Ruth.
Lapor Polisi
Ruth mencoba menghubungi Dominikus hingga sore hari, tetapi tidak tersambung. Dia kemudian melaporkan peristiwa itu kepada polisi. Ruth mengatakan polisi mendatangi rumah Dominikus di Labuan Bajo, tetapi hanya bisa menemui istri dan adiknya.
“Polisi mengejar keluarga Dominikus, menemukan istrinya, adiknya. Adiknya datang ke kapal saya, minta maaf bahwa dia tidak tahu abangnya melakukan pencurian, tetapi keluarga tidak punya uang ingin membayar kembali,” kata Ruth.
Ruth juga sudah melaporkan masalah yang dialami bersama keluarga besarnya itu ke Konsulat AS. Ia meminta perlindungan untuk nasib para turis AS tersebut.
“Saya sudah email ke konsulat Amerika minta perlindungan karena ada 13 warga Amerika yang sedang di boat,” kata Ruth.
Ruth menilai pengalaman itu telah merusak citra pariwisata Labuan Bajo dan Indonesia di mata keluarga besarnya dari AS. Mereka tak lagi percaya dengan pariwisata Labuan Bajo.
Ruth dan rombongan akhirnya diberangkatkan ke Taman Nasional Komodo pada Senin sore. Mereka diberangkatkan setelah polisi memfasilitasi kapal, wisatawan, dan saudara pemilik Gratio Tour dengan pinisi Flores Kencana yang dioperasikan Zada Ulla.
“Iya (sudah diberangkatkan ke Taman Nasional Komodo),” kata Subali, staf agen kapal wisata Zada Ulla, saat dikonfirmasi, Selasa (3/6).
“Tamu tetap harus jalan karena mengenai waktu dan destinasi, ada beberapa destinasi yang mereka terlewatkan, mereka bisa dapatkan di hari terakhir,” ujar Subali.
Subali menegaskan Zada Ulla juga menjadi korban penipuan Gratio Tour. Mereka baru menerima pembayaran 30% atau Rp 24 juta dari total Rp 80 juta biaya perjalanan tersebut. Sementara wisatawan, dia berujar, sudah membayar lunas ke Gratio Tour.
Masalah pembayaran yang belum lunas itu akan diselesaikan dengan Gratio Tour setelah wisatawan berangkat ke TN Komodo. Zada Ulla belum memutuskan mengambil langkah hukum atau menyelesaikan kasus itu secara kekeluargaan. Zada Ulla akan membangun komunikasi terlebih dahulu dengan Gratio Tour.