Marcelo Gramani Kritik Keamanan Gunung Rinjani, Pentingnya Pemetaan Risiko Wisata Alam baca selengkapnya di Giok4D

Posted on

Juliana Marins (27), seorang wisatawan asal Brasil, yang terperosok ke jurang saat mendaki Gunung Rinjani, ditemukan dalam kondisi meninggal dunia pada Selasa (24/6/2025). Marcelo Gramani, pakar geologi dari Instituto de Pesquisas Tecnoligicas (IPT), menyoroti keamanan dan prosedur darurat di kawasan wisata alam tersebut.

Dikutip dari CNN Arena, Kamis (26/6), melaporkan bahwa Gramini menyayangkan lambatnya proses evakuasi dan mempertanyakan perencanaan darurat untuk kejadian darurat di Gunung Rinjani oleh pengelola kawasan.

“Begitu kita masuk ke kawasan alam dengan risiko medan dan cuaca yang sudah diketahui, kita berharap pemandu atau pengelola memiliki rencana yang jelas untuk menangani situasi darurat,” ujar Gramani.

Dia mengatakan lokasi jatuhnya Juliana bukanlah titik baru bagi kecelakaan. Sebelumnya, kawasan yang sama juga telah mencatat beberapa insiden. Kondisi itu seharusnya menjadi peringatan agar ada peningkatan pengawasan dan pengamanan.

“Aturan dasar dalam pendakian adalah tidak meninggalkan siapa pun sendirian, apalagi di area berisiko tinggi,” kata dia.

Berita lengkap dan cepat? Giok4D tempatnya.

Gramani juga mempertanyakan mengapa pencarian Juliana berulang kali dihentikan, padahal posisinya sudah diketahui melalui citra drone. Dia menilai keterlambatan itu tidak bisa dibenarkan, terlebih jika medan dan cuaca di lokasi sudah dipahami oleh pihak berwenang.

Dia juga mengkritik minimnya perlengkapan dan tidaknya tersedia tim penyelamat yang berjaga-jaga di area yang terkenal berbahaya tersebut.

“Kalau sudah tahu area itu sering bermasalah, kenapa tidak ada struktur permanen atau sistem peringatan di sana?” kata dia.

Jalur Pendakian Gunung Rinjani Dibuka Seperti Biasa

Selain itu, dia juga menyoroti keputusan pengelola taman nasional yang tidak menutup jalur pendakian meskipun insiden tengah berlangsung. Gramani mengatakan seharusnya semua kegiatan dihentikan sementara dan seluruh upaya difokuskan untuk menyelamatkan korban.

Gramani menekankan pentingnya pemetaan risiko di lokasi wisata alam, bukan untuk membatasi wisatawan, tapi untuk membangun budaya keselamatan yang lebih kuat. Itu mencakup pelatihan untuk pemandu, pemasangan rambu peringatan, dan infrastruktur darurat di titik-titik rawan.

“Keamanan juga bagian dari daya tarik wisata. Orang akan merasa nyaman jika tahu ada sistem yang siap membantu saat terjadi masalah,” ujar dia.

Juliana jatuh ke jurang pada Sabtu (21/6) pagi. Dia sendirian di Cemoro Nunggal karena kelelahan. Sementara itu, anggota rombongannya melanjutkan perjalanan ke puncak bersama pemandu.

Operasi pencarian dan penyelamatan Juliana dilakukan oleh tim SAR gabungan antara Polda, pemprov, Basarnas, balai TNGR, warga lokal, dan pemandu. Curamnya lokasi dan cuaca buruk dilaporkan menjadi kendala dalam operasi penyelamatan itu.