Sebuah maskapai baru akan terbang di langit Australia di akhir tahun 2026 mendatang. Maskapai ini bertekad bisa menyaingi maskapai Virgin dan Qantas.
Dilansir dari Daily News, Rabu (6/8/2025) tahun lalu Koala Airlines yang berbasis di Melbourne, telah unjuk gigi dengan tim manajemen dan logo dari pesawatnya, namun kemudian mereka diam begitu saja.
Terbaru, CEO Bill Astling bersuara dan mengatakan berharap dapat menawarkan lebih banyak pilihan bagi wisatawan domestik dan mengguncang industri penerbangan pada akhir tahun depan. Meskipun mereka belum memiliki pesawat atau memiliki media sosial.
Terlepas dari kegagalan maskapai berbiaya rendah Bonza yang berumur pendek, ia yakin dapat menantang duopoli penerbangan antara Qantas dan Virgin Australia.
“Kami sengaja bersikap rendah hati bukan karena kami menunda, tetapi karena kami sedang membangun sesuatu dengan fondasi jangka panjang dan berkelanjutan. Kami telah belajar dari masa lalu, baik masa lalu kami maupun industri dan kami mengambil pendekatan yang disiplin dan strategis,” ujar Astling kepada Australian Financial Review.
Ia bersikeras bahwa model bisnisnya secara fundamental berbeda dengan para pesaingnya, tetapi perusahaan tetap bungkam tentang rute maskapai dan investornya. Koala Airlines bertujuan untuk membentuk kembali lanskap penerbangan Australia dengan strategi yang fokus pada pengalaman pelanggan daripada tarif yang lebih murah.
Dalam websitenya, Koala Airlines menyatakan bahwa mereka sedang menyelesaikan negosiasi untuk mengakuisisi armada pesawat baru guna meningkatkan sertifikat operator udaranya.
Para pakar penerbangan tetap skeptis terhadap optimisme Koala Airlines, mengingat kebangkrutan Bonza dan Rex Airlines baru-baru ini. Masa depan maskapai yang terakhir masih belum jelas setelah pemerintah federal baru-baru ini memperpanjang masa administrasi maskapai yang kolaps tersebut.
Bonza mulai beroperasi pada Januari 2023 dan kolaps hanya 15 bulan kemudian. Permintaan dan ketidakmampuan untuk menambah armada Boeing 737 berkapasitas 180 kursi menjadi beberapa alasan yang dipertimbangkan sebagai penyebab kebangkrutan perusahaan.
“Sampai Anda mencapai tahap di mana minimal terdapat 12 pesawat yang terbang melintasi negeri untuk menekan biaya Anda,” kata editor dasbor Cirium, Ellis Taylor.