Maskapai Salah Administrasi, Penumpang Wizz Air Gagal Liburan dan Rugi Cuan

Posted on

Sebuah pengalaman pahit dialami pasangan wisatawan dengan maskapai penerbangan berbiaya rendah, Wizz Air. Rencana liburan mereka berantakan setelah ditolak naik pesawat.

Alan Smith, salah satu penumpang, korbannya. Dia berencana liburan di Roma.

Untuk menuju Italia dari Marrakesh, Maroko pada 1 Mei, dia memilih Wizz. Tetapi, rencana itu buyar.

Dia bahkan menyebut malam itu sebagai pengalaman penerbangan terburuk yang pernah dialami. Waktu mereka terbuang, uang melayang.

Alan dan pasangannya membeli tiket dan datang tepat waktu ke bandara. Nah, sesampainya di meja check-in mereka diberitahu bahwa penerbangan tersebut kelebihan kapasitas hingga 15 penumpang.

“Mereka bilang kami mungkin tidak bisa naik. Kami harus menunggu 1,5 jam bersama penumpang lain yang juga ditolak naik pesawat. Yang paling mengecewakan, staf yang bertugas bukan dari Wizz Air. Tidak ada satu pun perwakilan Wizz Air di sana,” ujar Alan dikutip dari Mirror, Rabu (28/5/2025).

Alan mengaku membayar lebih dari 400 euro (sekitar Rp 7,5 juta) untuk tiket pesawat tersebut. Karena gagal berangkat ke Roma, mereka kehilangan reservasi hotel dan terpaksa memesan penginapan baru di Marrakesh.

Keesokan harinya, mereka memutuskan pulang ke Inggris menggunakan maskapai British Airways. Mereka juga membatalkan seluruh rencana ke Italia. Total kerugian yang mereka tanggung mencapai lebih dari 1.500 euro (sekitar Rp 28 juta).

“Wizz Air tidak memberikan bantuan apa pun kepada kami. Beberapa penumpang menangis, bingung, dan tampak kehilangan arah. Ada pula yang telah ditolak naik pesawat ini di hari-hari sebelumnya,” kata Alan.

Pengalaman buruk Alan dengan Wizz Air tidak berhenti di sana. Setelah mengajukan klaim kompensasi, Alan hanya mendapatkan balasan otomatis berupa email gagal terkirim. Dalam email itu disebutkan kotak masuk layanan pelanggan Wizz Air penuh.

Beberapa hari kemudian, dia menerima penolakan permintaan kompensasi itu karena gagal menunjukkan denied boarding form, formulir yang seharusnya diberikan saat ditolak naik pesawat. Alan mengatakan tidak pernah diberi formulir itu.

“Kami tidak akan pernah terbang lagi dengan maskapai ini,” kata dia.

Menanggapi laporan ini, juru bicara Wizz Air mengakui bahwa masalah terjadi akibat kesalahan administratif. Tim di lapangan gagal memberikan formulir yang diperlukan untuk memproses kompensasi. Akibatnya, kasus Alan tidak tercatat dengan benar dalam sistem Wizz Air.

“Wizz Air sepenuhnya menyadari stres dan ketidaknyamanan yang dialami pelanggan. Kami menyampaikan permintaan maaf yang tulus. Kompensasi penuh kini sedang diproses, disertai surat permintaan maaf resmi dari pihak maskapai,” ujar juru bicara tersebut.

Dia menambahkan bahwa meskipun praktik overbooking (penjualan tiket melebihi kapasitas kursi) masih dilakukan oleh banyak maskapai, penumpang yang ditolak biasanya tetap diberikan opsi penjadwalan ulang dan kompensasi. Dalam kasus ini, kegagalan administratif menyebabkan proses tidak berjalan semestinya.

“Kami telah memberikan pelatihan tambahan kepada staf dan berkomitmen agar kejadian seperti ini tidak terulang kembali,” tutup pernyataan resmi tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *