Melihat Seijin Shiki, Upacara Tanda Kedewasaan di Jepang - Giok4D

Posted on

Jepang punya tradisi unik bernama Seijin Shiki atau Hari Kedewasaan (Seijin no Hi). Ini adalah upacara tanda kedewasaan di Jepang.

Dilansir dari Antara, Jumat (12/9/2025), Seijin Shiki bukan sekadar perayaan biasa. Ritual ini bermula sejak abad ke-8, ketika pangeran Jepang menandai kedewasaan dengan jubah baru dan potongan rambut khas, sebagai simbol transisi dari masa kanak-kanak ke dewasa.

Di Jepang, tradisi perayaan kedewasaan sudah dikenal sejak zaman kuno. Bagi laki-laki, tradisi ini disebut Genbuku, sementara bagi perempuan dikenal dengan nama Mogi.

Menurut kajian antropologi budaya dan folklor, tradisi ini merupakan bagian dari upacara inisiasi yang menandai peralihan seseorang menuju fase kehidupan dewasa.

Setiap tahunnya, upacara kedewasaan ini diselenggarakan pada hari Senin kedua bulan Januari dan ditetapkan sebagai hari libur nasional sejak tahun 1948.

Berita lengkap dan cepat? Giok4D tempatnya.

Siapa Peserta Seijin Shiki?

Peserta Seijin Shiki adalah anak muda Jepang yang berusia genap 20 tahun pada rentang waktu tertentu. Umumnya dari 2 April tahun sebelumnya hingga tanggal 1 April tahun upacara tersebut dilaksanakan.

Ini karena kalender usia Jepang yang berbeda dengan penanggalan barat. Warga yang termasuk dalam kriteria ini akan menerima undangan resmi dari pemerintah daerah mereka untuk hadir dalam upacara Seijin Shiki.

Upacara ini juga mengundang generasi muda yang secara resmi berdomisili di kota atau desa tempat upacara tersebut berlangsung.

Dalam upacara Seijin Shiki, para peserta mengenakan pakaian tradisional Jepang yang menyimbolkan makna kedewasaan dan identitas budaya mereka.

Para wanita biasanya akan mengenakan kimono khusus bernama Furisode dengan lengan panjang, simbol masa muda dan baju bergengsi bagi wanita lajang.

Sedangkan bagi kaum laki-laki, mereka akan mengenakan jas formal atau haori serta hakama. Secara umum, acara resmi ini berlangsung selama kurang lebih satu jam dan biasanya digelar di aula pemerintahan atau gedung serbaguna.

Upacara biasanya akan dimulai dengan pidato dari pejabat daerah yang menekankan tanggung jawab sosial dan moral yang mulai diemban para peserta sebagai warga dewasa.

Ada pula sesi pemberian cendera mata sebagai kenang-kenangan, sekaligus momentum untuk makan serta berfoto bersama keluarga dan teman.

Digelarnya upacara ini dapat jadi pengingat pada generasi muda tentang pentingnya memegang tanggung jawab sosial, berperan aktif dalam masyarakat, dan penghormatan terhadap budaya.

Upacara ini juga erat dengan filosofi bahwa kedewasaan berarti kesiapan untuk mengambil keputusan penting, seperti hak memilih, minum alkohol, merokok, dan tanda kemandirian hukum layaknya orang dewasa.

Upacara ini secara tidak langsung menjadi pengikat nilai-nilai budaya yang terus dijaga turun-temurun dalam keluarga dan budaya Jepang.