Mengenal Paris Sindrom: Rasa Kecewa Saat Paris Tak Sesuai dengan Ekspektasi

Posted on

Kota Paris adalah kota favorit tujuan wisata yang sangat banyak dituju wisatawan dunia. Keindahan hingga keromantisannya begitu sering terdengar di telinga namun ketika semua itu hanya ungkapan belaka, rasa kecewa lah yang terasa.

Rasa kekecewaan akan Kota Paris yang tidak sesuai harapan itu disebut Paris Sindrom. Itulah yang dirasakan oleh seorang pakar budaya dan bahasa, Salvador Ordorica, saat pertama kali menginjakkan kaki ke ikon wisata di sana Champs-Elyesees dan Arc de Triomphe.

“Tempat itu sama ramainya dengan Disneyland dan tidak menawarkan pesona yang saya harapkan dari Paris,” ujar Ordorica dikutip dari Travel + Leisure, Selasa (8/7/2025).

Padahal menurutnya jauh sebelum serial ‘Emily in Paris’ membuat Paris makin populer, kota itu sudah lama dianggap sebagai destinasi impian. Jutaan wisatawan datang setiap tahun untuk melihat langsung kemegahan Istana Versailles atau menyaksikan senyuman misterius Mona Lisa di Museum Louvre, tapi kenyataannya tidak semua orang pulang dari Paris dengan hati berbunga-bunga.

Tidak sedikit orang yang merasa kecewa saat akhirnya tiba di Paris dan mendapati kenyataan yang tak seindah bayangan mereka. Istilah Paris Sindrom sendiri pertama kali diperkenalkan oleh Hiroaki Ota, seorang psikiater asal Jepang yang bekerja di Prancis pada tahun 1980-an.

Ia mencatat bahwa banyak wisatawan, khususnya dari Jepang mengalami gejala seperti kecemasan, pusing, bahkan halusinasi karena merasa Paris yang mereka temui sangat jauh dari ekspektasi.

Kini, Paris Sindrom tak hanya dialami oleh turis Jepang, di platform Reddit atau forum perjalanan lainnya, banyak ditemukan kisah serupa dari orang-orang yang merasa tertipu oleh ekspektasi mereka sendiri. Paris sering kali digambarkan sebagai kota penuh keindahan, romansa, dan keajaiban visual, baik dalam film, media sosial, maupun iklan merek mewah.

“Paris digembar-gemborkan dalam film, media sosial, dan merek mewah, dan orang-orang membangun citra mental tentang kota ideal yang penuh dengan keindahan dan romansa,” jelas Ordorica.

Namun begitu tiba dan melihat sisi nyata kota yang macet, hujan, penduduk yang kadang terlihat tidak ramah rasa kecewa pun bisa muncul.

“Saat orang datang dengan harapan akan kesempurnaan, tetapi justru dihadapkan dengan kenyataan kehidupan sehari-hari di Paris, kontras yang ada bisa sangat mengejutkan,” lanjutnya.

Sebelum bepergian ke Paris, ada baiknya wisatawan menyiapkan ekspektasi yang lebih realistis. Kota tersebut memang memiliki sisi menawan seperti Ile Saint-Louis yang tenang, Katedral Notre-Dame yang megah, atau jalanan berbatu yang dipenuhi musisi jalanan di Montmartre.

Tapi jangan lupa bahwa Paris juga dihuni oleh lebih dari dua juta orang dan seperti kota besar lainnya, tentu ada sisi sibuk, berisik, dan tidak selalu menyenangkan.

“Paris itu kacau dan puitis, pemarah dan murah hati. Kota ini biasa saja, seperti kota lainnya. Kota ini macet, bising, bermasalah secara politik, hari-hari hujan, dan banyak orang yang tidak menyenangkan,” kata Ordorica.

“Ya, kota ini menakjubkan dalam banyak hal, penuh keindahan, kuliner yang lezat, dan arsitektur yang luar biasa, tetapi jangan lupa bahwa ada sisi yang nyata dan tidak sempurna di sana. Ini akan membantu Anda lebih menikmati masa tinggal Anda,” lengkapnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *