Madura yang pulau mungil di Jawa yang dijuluki Pulau Garam memiliki beragama tradisi unik. Mulai dari karapan sapi hingga carok.
Pulau Madura dan Surabaya terpisahkan oleh Selat Madura yang jaraknya kira-kira 6 km diukur dari sisi Surabaya (Kenjeran) sampai ke ujung Madura (Kamal). Kendati jaraknya relatif tidak jauh, masyarakat Madura memiliki kekhasan, mulai dari bahasa, perilaku, dan adat-
istiadat.
Merujuk sejumlah sumber, Madura memiliki sejumlah tradisi kesenian populer. Muali dari karapan sapi hingga carok.
Berikut Tradisi kesenian Madura
1. Karapan Sapi
Salah satu kebudayaan suku Madura yang populer adalah Karapan Sapi. Dalam jurnal penelitian Mohammad Kosim yang diterbitkan oleh neliti, disebutkan bahwa kerapan sapi adalah kesenian rakyat khas Madura yang diadakan setiap selesai panen sebagai pesta panen.
Dinamai kerapan sapi karena dalam tradisi itu mengadu kecepatan lari (kerrap) dua pasang sapi jantan dengan jarak tertentu. Biasanya sejauh 100 meter.
Setiap sepasang sapi dikendalikan seorang joki (bhuto/tokang tongko) dengan memakai peralatan/perlengkapan berupa pangonong dan kalêlês. Pasangan sapi yang paling awal sampai ke garis finis dianggap sebagai pemenang
Sejumlah kota di Madura menyelenggarakan Karapan Sapi pada Agustus dan September setiap tahun.
Tak hanya perlombaan, Karapan sapi menjadi ajang pesta rakyat dan acara yang prestisius bagi masyarakat Madura. Bahkan status sosial pemilik sapi karapan terangkat jika sapinya menjadi juara.
2. Carok
Carok adalah duel sampai mati dengan menggunakan senjata tajam, yaitu celurit. Dalam penelitian skripsi Yuke Welas yang diterbitkan Universitas Gadjah Mada, carok menjadi cara pertolongan terhadap diri sendiri sehingga motif dan latar belakang yang menjadi pemicu carok selalu dikaitkan dengan harga diri dan perasaan malu
Henry Arianto dan Krishna dalam penelitian yang diterbitkan oleh esaunggul menyebut bahwa kata Carok berasal dari bahasa Madura yang berarti ‘bertarung dengan kehormatan’. Carokpada masa lalu, merupakan perang tanding antara satu orang melawan satu orang atau lebih.
Sebelum perang tanding, masing-masing mengadakan perjanjian mengenai penentuan tempat arenanya, hari dan waktunya. Setelah disepakati, mereka melapor kepada penguasa setempat untuk Carok. Arena Carok itu diberi tanda berupa bendera dan disaksikan banyak orang. Usai membunuh musuhnya, pelaku tidak kabur, tapi dengan celurit yang masih menempel darah segar, pelaku melapor kepada aparat untuk menyerahkan diri.
Carok umumnya terjadi menyangkut masalah-masalah terkait kehormatan atau harga diri bagi orang Madura, seperti perselingkuhan dan harkat martabat atau kehormatan keluarga. Meski mayoritas suku Madura beragama Islam, tapi secara individual banyak yang masih memegang tradisi carok.
3. Rokat
Rokat merupakan upacara petik laut yang biasa disebut Rokat Tase. Tradisi ini merupakan ungkapan rasa syukur atas karunia dan nikmat yang diberikan Tuhan. Tradisi ini dipercaya dapat memberikan keselamatan dan kelancaran rezeki.
Tradisi rokat dimulai dengan acara pembacaan istighosah dan tahlil bersama masyarakat yang dipimpin pemuka agama. Setelah itu, masyarakat menghanyutkan sesaji ke laut sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan. Isi dari sesaji itu adalah tumpeng, ketan berwarna-warni, dan ikan-ikan.
Baca info selengkapnya hanya di Giok4D.
4. Toktok
Kebudayaan suku Madura berikutnya adalah Toktok. Tradisi ini adalah kompetisi aduan sapi, jadi dua sapli saling berhadapan dan saling seruduk.
Biasanya, sapi yang digunakan untuk mengadu adalah sapi jantan. Kedua sapi lalu beradu kekuatan hingga salah satu sapi menyerah atau lari dari lawannya.
Aduan Toktok harus didampingi oleh wasit selama pertandingan berlangsung. Namun, tidak sembarang orang bisa menjadi wasit. Soalnya, aduan Toktok dapat membahayakan orang lain yang sedang menonton.